Quote:
Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: “Haidh itu adalah suatu kotoran.” Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci . Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. Al-baqarah:222

Al Bukhari. Volume 1, Book 6, Number 295
Narrated ‘Urwa: A person asked me, “Can a woman in menses serve me? And can a Junub woman come close to me?” I replied, “All this is easy for me. All of them can serve me, and there is no harm for any other person to do the same. ‘Aisha told me that she used to comb the hair of Allah’s Apostle while she was in her menses, and he was in Itikaf (in the mosque). He would bring his head near her in her room and she would comb his hair, while she used to be in her menses.”
Muhammad berkata bahwa SEMUA ISTRI-ISTRINYA DAPAT MELAYANI MUHAMMAD, WALAUPUN MEREKA SEDANG MENS. Dengan kata lain, tidak pandang siapa istri-istri Muhammad, semua istri-istri Muhammad dapat melayani Muhammad walaupun mereka sedang mens, jadi semua orang pun dapat melakukan seperti apa yang Muhammad lakukan (meniduri istrinya yang sedang mengalami haid). Berarti Muhammad, bukan nabi suci, melainkan nabi yang tidak dapat menahan nafsu seksnya sehingga istri-istrinya yang sedang mens dapat disetubuhinya, walaupun itu dilarang oleh Quran (Albaqarah 2: 222)

JAWAB
Terjemahan hadits yang dikutip si fulan ini kedalam bahasa Indonesia adalah sbb:
Cerita dari ‘Urwah bahwa dia ditanya orang: “Bolehkah wanita haid melayaniku, dan bolehkah wanita junub mendekatiku?” Jawab ‘Urwah, Semuanya boleh bagiku. Semuanya boleh melayaniku dan tiada celanya. “Aisyah menceritakan kepadaku, dia pernah meyisir rambut Rasulullah SAW, ketika sedang haid. Padahal ketika itu Rasulullah sedang i’tikaf di masjid. Maka didekatkannya kepalanya kepada ‘Aisyah yang sedang berada di kamarnya, lalu ‘Aisyah menyisir rambut Rasulullah, padahal dia sedang haid” [HR. Bukhari 187]

Hadits yang 'dikutip’ untuk menghujat rasulullah sebenarnya hanya mengisahkan bahwa ketika sedang haid ‘Aisyah MENYISIR rambut beliau. Tidak lebih, tidak kurang!

Sedangkan QS. 2: 222 yang dia tuduhkan bertentangan dengan hadits di atas menjelaskan tentang larangan untuk menggauli istri yang sedang haid.
Dan mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang haid. Katakanlah, “Itu adalah sesuatu yang kotor.” Karena itu jauhilah istri pada waktu haid; dan jangan kamu dekati mereka sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, campurilah mereka sesuai dengan (ketentuan) yang diperintahkan Allah kepadamu. Sungguh, Allah menyukai orang yang tobat dan menyukai orang yang menyucikan diri.
Surat Al-Baqarah tsb diturunkan sebagai jawaban atas pertanyaan kepada Nabi Muhammad tentang bagaimanakah sebaiknya memperlakukan istri yang sedang haid, karena pada masa itu (zaman Jahiliyah), orang-orang Yahudi/Majusi terlalu berlebih-lebihan dalam menafsirkan perintah "jauhi isteri" ketika sedang haid. Mereka sama sekali tidak mau makan, minum, duduk dan tinggal serumah dengan isterinya yang kebetulan sedang haid. Sementara sebaliknya, orang-orang Nasrani justru menggauli istri-istri mereka yang sedang haid!

Oleh karena itu kemudian Nabi Muhammad s.a.w. menjelaskan kepada mereka maksud ayat tersebut dengan bersabda:

"Aku hanya perintahkan kepadamu supaya kamu tidak menggauli mereka ketika mereka dalam keadaan haid; dan aku tidak menyuruh kamu untuk mengusir mereka dari rumah seperti yang dilakukan oleh orang ajam."
Dengan demikian, tuduhan bahwa Rasulullah melanggar larangan Allah dengan mengkontraskan QS. 2:222 dengan HR Bukhari No. 295 di atas, jelas "ora gathuk", alias ngawur bin asbun! 

[Sumber: Phoenix Menjawab]