Oleh: Mattula Ada
Banyak dari non muslim bertanya seperti ini: “Benarkah Al-Qur’an itu adalah firman Tuhan? Bukankah mungkin saja merupakan rekayasa Nabi Muhammad? Tokh, Al-Qur’an adalah kitab suci yang terakhir, jadi Nabi Muhammad bisa saja mengumpulkan data-data dari kitab terdahulu dan data-data dari kisah orang-orang lalu menyusunnya menjadi sebuah kitab yang lebih dapat diterima oleh nalar manusia!”
Mengenai hal ini, Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءكُم بُرْهَانٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَأَنزَلْنَا إِلَيْكُمْ نُوراً مُّبِيناً
"Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu, (Muhammad dengan mu`jizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang. (Al Qur’an)." (QS. An-Nisaa’ [4]: 174)
Allah juga memerintah Muhammad untuk mengatakan bahwa dia hanyalah utusan-Nya dan kepadanya telah diturunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an yang menjelaskan segala sesuatu, termasuk sesuatu yang ghaib yang sulit dicerna oleh akal manusia. Allah berfirman:
وَإِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ آيَاتُنَا بَيِّنَاتٍ قَالَ الَّذِينَ لاَ يَرْجُونَ لِقَاءنَا ائْتِ بِقُرْآنٍ غَيْرِ هَـذَا أَوْ بَدِّلْهُ قُلْ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أُبَدِّلَهُ مِن تِلْقَاء نَفْسِي إِنْ أَتَّبِعُ إِلاَّ مَا يُوحَى إِلَيَّ إِنِّي أَخَافُ إِنْ عَصَيْتُ رَبِّي عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ
Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang nyata, orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami berkata: “Datangkanlah Al Qur’an yang lain dari ini atau gantilah dia”. Katakanlah: “Tidaklah patut bagiku menggantinya dari pihak diriku sendiri. Aku tidak mengikut kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya aku takut jika mendurhakai Tuhanku kepada siksa hari yang besar (kiamat)”. (QS. Yunus [10]: 15)
قُل لَّوْ شَاء اللّهُ مَا تَلَوْتُهُ عَلَيْكُمْ وَلاَ أَدْرَاكُم بِهِ فَقَدْ لَبِثْتُ فِيكُمْ عُمُراً مِّن قَبْلِهِ أَفَلاَ تَعْقِلُونَ
Katakanlah: “Jikalau Allah menghendaki, niscaya aku tidak membacakannya kepadamu dan Allah tidak (pula) memberitahukannya kepadamu”. Sesungguhnya Aku telah tinggal bersamamu beberapa lama sebelumnya. Maka apakah kamu tidak memikirkannya? (QS. Yunus [10]: 16)
قُلْ مَا كُنتُ بِدْعاً مِّنْ الرُّسُلِ وَمَا أَدْرِي مَا يُفْعَلُ بِي وَلَا بِكُمْ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَى إِلَيَّ وَمَا أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ مُّبِينٌ
Katakanlah: “Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul dan aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak (pula) terhadapmu. Aku tidak lain hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan aku tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan”. (QS. Al-Ahqaaf [46]: 9)
قُل لاَّ أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعاً وَلاَ ضَرّاً إِلاَّ مَا شَاء اللّهُ وَلَوْ كُنتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لاَسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَاْ إِلاَّ نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Katakanlah: “Aku tidak berkuasa menarik kemanfa`atan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman”. (QS. Al-A’raaf [7] : 188)
Bahkan jikalau Muhammad mengaku-ngaku bahwa Al-Qur’an merupakan hasil karyanya, maka Allah menegaskan dalam surah Al-Haqqah[69]:41-52 sbb:
وَلَا بِقَوْلِ كَاهِنٍ قَلِيلاً مَا تَذَكَّرُونَ وَمَا هُوَ بِقَوْلِ شَاعِرٍ قَلِيلاً مَا تُؤْمِنُونَ
dan Al Qur’an itu bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya.
وَلَا بِقَوْلِ كَاهِنٍ قَلِيلاً مَا تَذَكَّرُونَ
Dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran daripadanya.
تَنزِيلٌ مِّن رَّبِّ الْعَالَمِينَ
Ia adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan semesta alam.
وَلَوْ تَقَوَّلَ عَلَيْنَا بَعْضَ الْأَقَاوِيلِ
Seandainya dia (Muhammad) mengadakan sebagian perkataan atas (nama) Kami,
لَأَخَذْنَا مِنْهُ بِالْيَمِينِ
niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya 1510.
ثُمَّ لَقَطَعْنَا مِنْهُ الْوَتِينَ
Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya.
فَمَا مِنكُم مِّنْ أَحَدٍ عَنْهُ حَاجِزِينَ
Maka sekali-kali tidak ada seorangpun dari kamu yang dapat menghalangi (Kami), dari pemotongan urat nadi itu.
وَإِنَّهُ لَتَذْكِرَةٌ لِلْمُتَّقِينَ
Dan sesungguhnya Al Qur’an itu benar-benar suatu pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
وَإِنَّا لَنَعْلَمُ أَنَّ مِنكُم مُّكَذِّبِينَ
Dan sesungguhnya Kami benar-benar mengetahui bahwa di antara kamu ada orang yang mendustakan(nya).
وَإِنَّهُ لَحَسْرَةٌ عَلَى الْكَافِرِينَ
Dan sesungguhnya Al Qur’an itu benar-benar menjadi penyesalan bagi orang-orang kafir (di akhirat).
وَإِنَّهُ لَحَقُّ الْيَقِينِ
Dan sesungguhnya Al Qur’an itu benar-benar kebenaran yang diyakini.
فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيمِ
Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Maha Besar.
Ada suatu kisah gaib untuk lebih meyakini tentang kebenaran Al-Qur’an. Pada hari itu, Nabi mendengar orang Yahudi yang menjelek-jelekkan Yesus dan Maryam (ibunda Yesus). Rasulullah sangat marah dan menjelaskan kepada orang Yahudi tersebut siapa Yesus dan Maryam yang sebenarnya. Yang menjadi pertanyaan, mengapa Nabi Muhammad marah? Bagaimana cara Rasulullah menjelaskan kepada orang Yahudi itu tentang diri Nabi Isa dan Maryam, sementara beliau hidup pada masa jauh sesudah masa Nabi Isa. Siapa yang memberitahu belau segala sesuatu tentang nabi Isa kalau bukan Yang Maha mengetahui; Allah SWT?
Allah berfirman:
ذَلِكَ مِنْ أَنبَاء الْغَيْبِ نُوحِيهِ إِلَيكَ وَمَا كُنتَ لَدَيْهِمْ إِذْ يُلْقُون أَقْلاَمَهُمْ أَيُّهُمْ يَكْفُلُ مَرْيَمَ وَمَا كُنتَ لَدَيْهِمْ إِذْ يَخْتَصِمُونَ
Yang demikian itu adalah sebagian dari berita-berita ghaib yang Kami wahyukan kepada kamu (ya Muhammad); padahal kamu tidak hadir beserta mereka, ketika mereka melemparkan anak-anak panah mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan kamu tidak hadir di sisi mereka ketika mereka bersengketa. (QS. Ali Imran [3] : 44)
Beberapa misionaris pun mengakui bahwa Muhammad pernah sangat marah terhadap fitnah orang-orang Yahudi terhadap Nabi Isa (Yesus Kristus) dan Maryam [Maria] (ibunda Nabi Isa). Inilah perkataan Pendeta Dummelow yang didukung tidak kurang dari 16 orang Kristen yang kesemuanya pendeta dan Doktor Ilmu Teologi;
“Orang-orang Talmudist Yahudi berkata, ‘Anak dari pezina (maksudnya perawan Maryam) mengeluarkan sihir dari Mesir, dengan keratan yang dia buat dalam dagingnya. Yesus melakukan sihir dan menipu, dan membawa Israel menjadi penyembah berhala.’ Menarik untuk diperhatikan bahwa Muhammad dengan marah menolak dan menyangkal fitnah orang-orang Yahudi ini.” [A commentary on the Holy Bible, p.668]
Selain cerita diatas, masih banyak ragam hal gaib yang diungkap oleh Al-Qur’an. Al-Qur’an mengungkap kejadian masa lampau yang tidak diketahui lagi oleh manusia, karena masanya telah demikian lama, dan mengungkap juga peristiwa masa datang atau masa kini yang belum diketahui manusia. Harus diakui bahwa sebagian dari kisah-kisahnya tidak atau belum dapat dibuktikan kebenarannya hingga kini, tetapi sebagaian lainnya telah terbukti, antara lain melalui penelitian arkeologi.
Kendati terdapat sekian banyak kisahnya yang belum terbukti, tidaklah wajar menolak kebenaran kisah-kisah lain tersebut hanya dengan alasan bahwa kisah itu belum terbukti. Karena apa yang belum terbukti kebenarannya, juga belum terbukti kekeliruannya.
Untuk menghilangkan keragu-raguan akan kebenaran Al-Qur’an, penulis akan mengungkapkan beberapa catatan mengenai cerita-cerita gaib dalam Al-Qur’an yang boleh dikatakan hampir mustahil untuk tidak diakui kebenarannya.
(a). Kaum ‘Ad dan Tsamud serta kehancuran kota Iram
Al-Qur’an berbicara tentang kaum Tsamud dan kaum ‘Ad yang kepada mereka diutus Nabi Shaleh dan Nabi Hud. Banyak uraian Al-Qur’an tentang kedua kaum ini, baik dari segi kemampuan dan kekuatan mereka maupun kedurhakaan dan pembangkangan mereka terhadap Tuhan dan utusan-Nya. Mereka akhirnya dihancurkan Allah dengan gempa dan angin ribut yang sangat dingin lagi kencang. Hal ini dilukiskan oleh S. Al-Haaqqah [69] : 4-7 sbb:
كَذَّبَتْ ثَمُودُ وَعَادٌ بِالْقَارِعَةِ
Kaum Tsamud dan ‘Aad telah mendustakan hari kiamat
فَأَمَّا ثَمُودُ فَأُهْلِكُوا بِالطَّاغِيَةِ
Adapun kaum Tsamud, maka mereka telah dibinasakan dengan kejadian yang luar biasa
وَأَمَّا عَادٌ فَأُهْلِكُوا بِرِيحٍ صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍ
Adapun kaum ‘Aad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang,
سَخَّرَهَا عَلَيْهِمْ سَبْعَ لَيَالٍ وَثَمَانِيَةَ أَيَّامٍ حُسُوماً فَتَرَى الْقَوْمَ فِيهَا صَرْعَى كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍ
yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus; maka kamu lihat kaum ‘Aad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk).
Dalam surah lain, yakni Al-Fajr[89]:6-9, diuraikan bahwa kaum ‘Ad memiliki kemampuan luar biasa sehingga mereka telah membangun Kota Iram dengan tiang-tiang yang tinggi dan yang belum pernah dibangun di negeri lain sehebat dan seindah itu sebelumnya.
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِعَادٍ
Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum ‘Aad?
إِرَمَ ذَاتِ الْعِمَادِ
(yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi
الَّتِي لَمْ يُخْلَقْ مِثْلُهَا فِي الْبِلَادِ
yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain,
وَثَمُودَ الَّذِينَ جَابُوا الصَّخْرَ بِالْوَادِ
dan kaum Tsamud yang memotong batu-batu besar di lembah
Ada yang meragukan informasi Al-Qur’an ini. Tetapi sedikit demi sedikit bukti-bukti kebenarannya terungkap. Pertama kali ketika informasi Al-Qur’an dan riwayat-riwayat yang diterima digabung dengan hasil-hasil penelitian arkeologi, maka yang ditemukan adalah adanya bukti-bukti arkeologi tentang terjadinya gempa dan angin ribut, seperti yang diuraikan oleh Al-Qur’an. Tapi tentu saja penjelasan ini belum memuaskan semua pihak.
Namun dari waktu ke waktu, bukti semakin jelas dan kini tidak ada alasan lagi untuk menolak informasi Al-Qur’an.
Marilah kita simak pembuktian berikutnya.
Pada 1834 ditemukan di dalam tanah yang berlokasi di Hisn Al-Ghurab dekat kota Aden di Yaman sebuah naskah bertuliskan aksara Arab Lama (Hymarite) yang menunjukkan nama Nabi Hud. Dalam naskah itu antara lain tertulis, “Kami memerintah dengan menggunakan Hukum Hud.” Selanjutnya pada 1964-1969 dilakukan penggalian arkeologis, dan dari hasil analisis pada 1980 ditemukan informasi dari salah satu lempeng tentang adanya hal yang disebut “Shamutu, ‘Ad, dan Iram”.
Profesor Pettinato mengidentifikasikan nama-nama tersebut dengan nama-nama yang disebut pada Surah Al-Fajr tadi. Dalam konteks ini, wajar pula dikutip pendapat Father Dahood yang mengatakan bahwa “antara Ebla (2500 SM) dan Al-Qur’an (625 M) tidak ada referensi lain mengenai kota-kota tersebut.”
Bukti arkeologis lain tentang kota Iram adalah hasil ekspedisi Nicholas Clapp di Gurun Arabia Selatan pada 1992. Kota Iram menurut riwayat-riwayat adalah kota yang dibangun oleh Shaddad bin Ud, sebuah kota yang sangat indah yang diberi nama Ubar oleh suku Badui. Namun Tuhan mengubur kota itu dengan longsoran padang pasir, sehingga menelan kota tersebut akibat kedurhakaan mereka.
Nicholas menemukan bukti dari seorang penjelajah tentang jalan kuno ke Iram (Ubar). Kemudian atas bantuan dua orang ahli lainnya, yaitu Juris Zarin dari Universitas Negara Bagian Missouri Barat Daya, dan penjelajah Inggris, Sir Ranulph Fiennes, mereka berusaha mencari kota yang hilang itu bersama-sama ahli hukum George Hedges.
Mereka menggunakan jasa pesawat ulang-alik Challenger (milik NASA) dengan sistem Satellite Imaging Radar (SIR) untuk mengintip bagian bawah gurun Arabia yang diduga sebagai tempat tenggelamnya kota yang terkena longsoran itu. Untuk lebih meyakinkan, mereka juga meminta jasa satelit Prancis, yang menggunakan sistem penginderaan optik.
Apa yang mereka temukan? Mereka menemukan citra digital berupa garis putih pucat yang menandai beratus-ratus kilometer rute kafilah yang ditinggalkan, sebagian berada dibawah tumpukan pasir yang telah menimbunnya selama berabad-abad hingga mencapai ketinggian 183 meter.
Berdasarkan foto yang diambil dari pesawat ulang alik terlihat tempat dimana jejak-jejak kafilah bertemu dan mengarah ke Ubar (Iram) [lihat tanda panah].
1. Ubar hanya dapat dilihat dari luar angkasa sebelum dilakukan penggalian.
2. Kota yang berada 12 m dibawah pasir nampak setelah dilakukan penggalian.
Berdasarkan data ini, Nicholas Clapp dkk, meneliti kota tersebut dan melakukan pencarian pada akhir tahun 1991. Pada Februari 1992, mereka menemukan bangunan segi delapan dengan dinding-dinding dan menara-menara yang tingginya mencapai sekitar 9 m. Agaknya itulah sebagian dari apa yang diceritakan oleh Al-Qur’an bahwa “penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi” (QS. Al-Fajr)
Dr. Zarin seorang anggota tim penelitian yang memimpin penggalian mengatakan bahwa selama menara-menara itu dianggap sebagai unsur yang menunjukkan ciri khas kota Ubar, dan selama Iram disebutkan mempunyai menara-menara atau tiang-tiang, maka, sejauh ini, hal itu merupakan bukti terkuat bahwa peninggalan sejarah yang mereka gali adalah Iram, kota kaum ‘Ad yang disebutkan dalam Al- Qur’an.
Banyak karya seni dan monumen ari sebuah peradaban yang tinggi yang didirikan di Ubar (Iram) sebagaimana disebutkan dalam Al Qur’an. (Bersambung)
Foto-foto diatas adalah salah satu peninggalan kota Iram yang tersisa.
0 Komentar