Dari judul asli: Menjawab situs isandanislam.com tentang Islam, Kristen, dan istilah Kalimat Allah


Melalui artikel ini situs IsadanIslam.com menggiring pembaca untuk mengerti bahwa Isa al-Almasih dalam Islam adalah firman Allah, sejalan dengan terminologi dalam Kristen, yakni sebagai firman yang hidup, seperti halnya Yesus. Dengan kata lain, Isa Al-masih adalah bagian dari Tuhan, atau Tuhan itu sendiri.

Seperti biasa dengan memanipulasi dan memelintir ayat-ayat al-QUr’an situs IsadanIslam.com melakukan penipuan terhadap pembaca.

Berikut kami tampilka artikel yang mereka tulis:
ISLAM, KRISTEN, DAN ISTILAH "KALIMAT ALLAH"
Istilah “Kalimat” cukup menarik . Kata ini memainkan peranan kunci dalam agama Islam dan Kristen. Terjemahan “Kalimat” dari bahasa Yunani ialah logos. Orang Yunani menganggap logossebagai prinsip Ilahi yang memenuhi angkasa raya.

Kitab Injil dimulai dengan ucapan,“Pada mulanya adalah Firman (logos)” (Injil, Rasul Besar Yohanes 1:1).Terjemahan lain memakai istilah “kalam,” “firman,” “sabda,” atau “word” untuk logos. Misalnya “word” dipakai dalam terjemahan-terjemahan Yusuf Ali, Pickthall dan Shakir untuk logos (Qs 3:45). Seperti di atas, kata lain yang pantas dipakai ialah “Kalimat”.Inilah kata yang dipakai dalam bahasa Indonesia. Menurut Al-Quran “Kalimat” adalah istilah yang dipakai oleh malaikat untuk kata logos.

Menurut Qs. 3:45 Allah menggembirakan Siti Maryam dengan kelahiran “Kalimat”Allah. Nama lain untuk “Kalimat” Allah ialah Isa Al-Masih. Mengapa Isa Al-Masih dipanggil “Kalimat Allah” atau Logos Allah?

Istilah “Kalimat” (logos) dipakai dalam filsafat dan agama pada masa kuno, ratusan tahun sebelum Masehi. Istilah ini dipakai untuk menunjuk kepada seorang pribadi ilahi. Anehnya, istilah atau terjemahan ini dipakai baik dalam Injil maupun Al-Quran untuk Isa Al-Masih.

Dengan jelas “Kalimat Allah” yang dimaksudkan dalam Qs 3:45 adalah satu pribadi ilahi. Al-Quran dan Injil masing-masing mengidentifikasikan pribadi ilahi itu sebagai Isa Al-Masih! Mengapa harus dianggap ilahi. Karena Allah sendiri kekal adanya. Apakah “Kalimat” Allah tidak kekal? Bila tidak kekal, berarti ada masa dimana Allah tidak dapat berfirman, berkata, berkalimat. Sudah jelas suara satu pribadi adalah seusia pemiliknya.

Isa Al-Masih tidak diberi titel “Ciptaan” Allah atau “Karya” Allah. Isa Al-Masih disebut “Logos”. Yaitu Kalimat Allah yang kekal adanya.

Demikian Al-Quran sesuai dengan Injil yang mendeklarasikan, “Pada mulanya adalah Firman (Kalam, Sabda, Kalimat)“ (Injil, Rasul Besar Yohanes 1:1). Rasul Besar Yohanes menerima wahyu tambahan: ”Firman (Kalimat, Kalam) itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya . . . .” (Injil Rasul Besar Yohanes 1:1, 12).

Kalimat Allah dalam diri Isa Al-Masih sangat mengasihi umat manusia. Bukti kasih-Nya terlihat dalam penebusan manusia dari dosa yang disediakan bagi semua orang yang menerima Dia sebagai Juruselamat pribadi.

Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel ini, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini.
Lihatlah bagaimana situs IsadanIslam.com memanipulasi arti atau makna dari kata "Kalimatullah" di dalam ayat-ayat Al-Qur’an yang mereka kutip, lalu ditafsirkan seenaknya, seolah-olah arti "Kalimatullah" sama dengan arti logos atau firman yang tertera di alkitab Yohanes pasal 1 ayat 1, di mana disebutkan: "Pada mulanya adalah firman, dan firman itu bersama-sama dengan Allah, dan firman itu adalah Allah".

Padahal makna menurut Al-Qur’an yang menyatakan Kalimat Allah ini sangat jauh berbeda dengan makna Firman Allah dalam Yohanes.

Mengenai makna Kalimat ini juga sudah pernah saya jelaskan pada artikel yang lalu, tentang bantahan tuntas ketuhanan Isa al-Masih menurut Al-Qur’an dan Hadits. Di situ dijelaskan makna atau arti dari Kalimat Allah dan ROh Allah yang sering Kristen politisir untuk mendukung ketuhanan Yesus.

Makna ayat ini sebenarnya tidaklah demikian, ada baiknya saya tulis kembali apa yang pernah saya jelaskan pada artikel sebelumnya.

إِنَّ مَثَلَ عِيسَى عِندَ اللّهِ كَمَثَلِ آدَمَ خَلَقَهُ مِن تُرَابٍ ثِمَّ قَالَ لَهُ كُن فَيَكُونُ
Sesungguhnya misal (penciptaan) ‘Isa di sisi AllAh, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia. (QS. Al-Imran 3: 59)

Dr. M. Taqiud-Din & Dr. M. Khan - Verily, the likeness of Iesa (Jesus) before Allah is the likeness of Adam. He created him from dust, then (He) said to him: “Be!” - and he was. (Al-Imran 3: 59) 

Yusuf Ali - The similitude of Jesus before Allah is as that of Adam; He created him from dust, then said to him: “Be”. And he was. (Al-Imran 3: 59). 


ISA MENURUT AL-QURAN
Rincian kata 
إِنَّ مَثَلَ عِيسَى  = Sesungguhnya Masalah Isa (Jesus)
عِندَ اللّهِ  = disisi Allah
كَمَثَلِ آدَمَ  = Seperti hal-nya Adam
خَلَقَهُ مِن تُرَابٍ  = Allah Menciptakannya dari tanah
ثِمَّ قَالَ لَهُ كُن فَيَكُون  = Kemudian Allah berfirman, “jadi”, maka jadilah!”

Bila diperhatikan, ayat di atas menunjuk pada penjelasan tentang Isa Ibn Maryam, bahwa penciptaan Isa tidak berbeda dengan Adam. Jika Adam tercipta dari kata (kata, bukan kalimat) “KUN”, artinya "Jadilah", demikian pula halnya dengan Isa. Isa tercipta karena kata “KUN”. Sedangkan kata “Misal” (seperti, sama halnya) dalam ayat di atas memastikan kedudukan Isa di sisi Allah adalah sama dengan Adam, atau dengan kita semua sebagai sesama makhluk ciptaan Allah. Bukan “ada tanpa dicipta”, bukan "ada dengan sendirinya", atau "ada yang berdiri sendiri". Tetapi cukup jelas diterangkan bahwa derajat penciptaan Isa sama dengan derajat penciptaan Adam. Keduanya sama-sama bermula dari firman Allah ”Kun” (Jadilah). Dengan demikian, Isa adalah makhluk Artinya, sosok Isa adalah benda belaka, bukan sosok kehidupan yang terdiri dari unsur unsur tuhan, seperti pendapat diluar Islam.

Kedudukan Adam Di Sisi Allah:
“Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga ‘Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing),” (Al-Imran3:33). 

Di sini Allah menempatkan Adam sebagai manusia yang memiliki “keunggulan” yang melebehi kurun kurun sebelumnya, sebelum manusia diciptakan, kemudian dilanjutkan dengan generasi selanjutnya, sama sama diberi “keunggulan” memimpin kaumnya masing masing. Bahkan menurut Allah, Adam menerima beberapa “Kalimat” Allah: 

Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (Al-Baqarah: 37)

Ini menunjukkan makna “kalimat” adalah ayat ayat yang mengajarkan cara bertaubat. Kalimat itu sendiri dalam bahasa apapun akan disebut sebagai himpunan kata kata bermakna. Kata: كَلِمَاتٍ = jamak “kalimat kalimat” yang bermakna ayat ayat (tata cara bertobat), tidak bermakna istemewa yang sering kali menjadi diskusi non muslim dengan arti diluar Islam.

MAKNA KALIMAT DALAM BAHASA ARAB
Pengertian Kalimat
Kalimat dalam Bahasa Arab tidak sama pengertiannya dengan kalimat dalam Bahasa Indonesia. Kalimat dalam Bahasa Indonesia adalah kumpulan dua kata atau lebih yang menunjukkan kepada suatu maksud, sedangkan dalam Bahasa Arab yang dimaksud dengan kalimat adalah sebuah kata atau lafazh yang terdiri dari satu huruf Hijaiyyah atau lebih yang menunjukkan suatu arti tersendiri/mufrad.

لَفْظٌ مُفْرَدٌ يَدُلُّ عَلَى مَعْنًى  “Sebuah lafazh mufrad yang menunjukkan sebuah makna.” Itulah makna kalimat dalam bahasa Arab, menunjuk pada lafad Mufrad, artinya setiap kata yang mengandung makna. Contohnya: ل , ذَهَبَ , أَحْمَدُ , السُّوْق (pergi, ahmad, pasar). Ini semua adalah kalimat dalam bahasa Arab.

Proses Kelahiran Isa
(Ingatlah), ketika Malaikat berkata: “Hai maryam, seungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat [195] (yang datang) daripada-Nya, namanya AlMasih ‘Isa putera maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia adalah termasuk orang-orang yang saleh.” (QS. Ali-Imran: 45-46)

Inilah yang dimaksud dengan "Kalimat-Nya" dalam ayat di atas. Mengartikan kalimat Allah dengan arti firman Tuhan seperti dalam konsep alkitab Yohanes 1:1 yang berarti Logos, jelas sangat menyimpang. Jauh dari makna yang sebenarnya.

Sekarang, kita bertanya kepada situs IsadanIslam.com mengenai firman atau logos dalam Yohanes 1:1.
Pertanyaannya sederhana; 
  • Apa benar Yesus itu Firman? 
  • Adakah Yesus pernah mengaku dirinya adalah firman seperti yang diungkapn kan oleh Yohanes?
  • Adakah ayat-ayat lain yang mendukung atau menjelaskan sama persis seperti Yohanes?
Pertanyaan-pertanyaan ini pasti akan membingnungkan untuk dijawab. Kenapa?
Karena Yesus disebut logos tidak sepenuhnya didukung ayat-ayat alkitab. Jika anda membaca kitab-kitab yang ditulis oleh Murid Langsung Yesus akan terlihat jelas perbedaannya dengan kitab-kitab yang ditulis oleh Paulus dan Muridnya.

Satu-satunya ayat yang dengan tegas menyebut Yesus adalah Logos cuma dalam Yohanes 1:1, dan anehnya murni cuma ucapan Yohanes. Yesus tidak pernah mengaku dirinya adalah Logos atau firman.
Silahkan baca Yohanes pasal 1:1-14.  Pada ayat 14 yohanes mengatakan:

Yohanes 1:14 Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya , yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.

Selain ayat-ayat ini tidak ada ayat lain yang tegas menyebut Yesus adalah firman kecuali ayat ayat buatan Paulus. Kemudian tidak ada pula pengakuan dari Yesus secara langsung bahwa dirinya adalah firman/logos seperti yang tertulis dalam Yohanes. Bukankah ini aneh, konsep yang diimani dan di yakini tapi tidak diakui sendiri oleh Yesus.

Kristen seringkali beralasan Yesus itu tidak sombong, tidak perlu mengaku-ngaku. Seperti mengaku Tuhan, atau menyuruh untuk menyembahnya dan lain sebagainya. Apa tidak aneh, Yesus menyebut dirinya sebagai utusan Allah. Bukankah itu pengakuan? Yesus mengaku diutus hanya untuk bangsa Israel. Bukankah itu pengakuan? Yesus mengaku dirinya adalah jalan keselamatan bagi Bangsa Israel. Bukankah ityu pengakuan? Bukankah yang namnya pengakuan itu adalah penjelasan yang kongkrit mengenai status seseorang? 

Andaikata saya seorang guru, jelas dong aneh bin ajaib jika ada orang lain yang mengatakan bahwa saya adalah Presiden. Saya mengaku sebagai seorang guru, tapi  orang lain mengatakan saya Presiden. Kan aneh? Yesus menngaku sebagai Nabi, tapi Kristen menganggapnya sebagai Tuhan!

Kasus logos juga sama. Yesus tidak pernah mengaku dirinya adalah firman seperti dalam konsep Yohanes ini: Mulanya firman, firman bersama-sama dengan Allah, dan fIrman itu adalah Allah?

Jika saja orang-orang ini mau menggunakan akalnya secara kritis menalar berbagai konsep dogma dalam ajaran Kristen, pasti sejak dulu mereka sudah meninggalkan Kristen!