Ad Code

Ticker

10/recent/ticker-posts

002 Menjawab Keselamatan Dalam Al-Quran Dan Injil

Dari judul asli: Tanggapan untuk Misionaris “Pemerkosa” Ayat Al Qur’an dan Hadist (Bagian 2)

Sebagaimana Tulisan sebelumnya yang merupakan pendahuluan, maka pada catatan ini saya coba memulai dengan memberikan bukti bukti spesifik tentang “pemerkosaan” yang dilakukan oleh para Misionaris, dan bukti pertama sekaligus yang perlu kita bahas adalah tentang topik yang mereka ajukan berikut ini. 


Artikel ini diposting di berbagi situs online atau di forum-forum dialog lintas iman oleh para misionaris dengan judul: Keselamatan dalam Al-Quran dan Injil.

Penulis artikel, selanjutnya kita sebut sebagai "si pemerkosa", ingin menunjukkan perbandingan konsep keselamatan yang ditawarkan di dalam Al-Qur’an dan Injil, dan ia memulainya dengan menunjukkan 6 langkah keselamatan dalam Kristen. Mari kita cermati satu per satu langkah-langkah yang ditawarkannya tersebut:
I. MENCARI JALAN LURUS 
Jalan yang lurus jelas lebih baik bagi seorang pengendara dibanding jalan yang berliku. Demikian halnya dengan seseorang yang ingin diselamatkan. Dia perlu mencari jalan lurus itu. 

“Tunjukilah kami jalan yang lurus” (QS Al-Fatihah:6).
Di manakah “Jalan Lurus” itu dapat ditemukan? 

"Aku [Allah] hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kautempuh ...” (Taurat, Mazmur 32:8)

TANGGAPAN
Pertama, kualitas pengetahuan penulis
Sebelum menanggapi ayat yang sedang diperbandingkan oleh “misionaris pemerkosa’ tersebut, perlu lebih dulu kita tanggapai hal krusial yang lebih penting yaitu sejauh mana pengetahuan mereka tentang kitab sucinya sendiri. Dan fakta yang terlihat dalam artikel tersebut menunjukan KESALAHAN FATAL yang BERLIPAT!
1. Judul artikel tidak sesuai dengan isi.
Judul artikel yang dipilih jelas jelas sedang memperbandingkan antara Al Qur’an dan INJIL tetapi fakta yang disodorkan .justru menyodorkan ayat Al Qur’an dan ayat dari Kitab Mazmur.
Andai kesalahan ini dilakukan oleh orang di luar Kristen atau Yahudi, bisa dimaklumi. Bahkan jika yang menyampaikan adalah orang awam yang tidak pernah mempelajari kitab suci mereka, masih sangat bisa dimaklumi. Tetapi jika kesalahan ini dilakukan oleh seorang misionaris, apalagi oleh ROHANIWAN, sungguh sangat memprihatinkan!
Kenapa? Karena orang-oreang yang “MELEK” Mazmur, tidak mungkin akan menganggap itu sebagai bagian dari Injil, karena Mazmur bukan bagian dari Injil tetapi merupakan bagian  dari TANAKH, kitab suci agama Yahudi yang dimaling oleh bapak moyang gereja, kemudian sekedar diganti namanya menjadi Perjanjian Lama. Karenanya, tentu saja ayat-ayatnya tidak relevans untuk dimasukkan ke dalam artikel dengan judul: Keselamatan dalam Al-Quran dan Injil. 

Kesalahan fatal  semacam ini ternyata ditemui pada seluruh bagian dari 6 langkah dimaksud, yakni mengutip ayat-ayat di luar Injil (baik Injil Kanonik maupun Apokripa) untuk mengulas perbandingan keselamatan dalam Al-Qur’an dan Injil.
2. Taurat dan Mazmur Bukan Injil
Penulis artikel atau para pembelanyabisa jadi akan berdalih bahwa kesalahan fatalnya hanyalah pada judul sematatapi tetap tidak merobah kenyataan bahwa menyebut Taurat dan Mazmur sebagai ganti Injil merupakan kesalahan fatal!
Mazmur bukanlah bagian dari Taurat, baik dari perpekstif Yahudi dan Kristen maupun perpekstif Muslim.
Taurat dalam perpekstif  Yahudi dan Kristen
Kitab Taurat (Ibrani: תּוֹרָה, Torah, “Instruksi”) adalah lima kitab pertama Tanakh/Alkitab Ibrani atau bagian Perjanjian Lama di Alkitab Kristen. Dalam bahasa Yunani kumpulan 5 kitab ini disebut Pentateukh (“lima wadah” atau “lima gulungan”). Taurat adalah bagian terpenting dari kanon/kitab suci orang Yahudi.
Kelima kitab dalam Taurat adalah:
  • Kitab Kejadian, bahasa Latin: Genesis, bahasa Ibrani: beresyit (בראשית),
  • Kitab Keluaran, bahasa Latin: Exodus, bahasa Ibrani syemot (שמות),
  • Kitab Imamat, bahasa Latin: Leviticus, bahasa Ibrani wayyikra (ויקרא),
  • Kitab Bilangan, bahasa Latin: Numerii, bahasa Ibrani bemidbar (במדבר) dan
  • Kitab Ulangan, bahasa Latin: Deuteronomium, bahasa Ibrani debarim (דברים).

Umat Islam menyebutnya sebagai Tawrat (bahasa Arab: توراة, “Hukum”), kata bahasa Arab untuk wahyu yang diberikan kepada nabi Musa (موسى, Musa dalam tulisan Arab).

Kitab Mazmur
Kitab Mazmur adalah bagian dari Alkitab Ibrani atau Perjanjian Lama di Alkitab Kristen yang merupakan kumpulan Mazmur, nyanyian dan doa untuk dipakai dalam ibadah. Kitab ini berisi 150 mazmur yang mayoritas adalah gubahan Daud. Para pakar berpendapat bahwa buku ini digubah oleh berbagai pujangga dalam waktu yang lama sekali, yaitu mulai zaman Musa sampai setelah orang Israel kembali dari pembuangan ke Babel. Nyanyian-nyanyian dan doa-doa ini dikumpulkan oleh orang Israel dan dipakai dalam ibadat mereka, lalu akhirnya dimasukkan ke dalam Alkitab [wikipedia]
Walaupun keduanya merupakan bagian dari Perjanjian lama menurut Kristen, atau Kitab TANAKH menurut Yahudi, namum Taurat dan Mazmur adalah dua kitab yang berbeda. Dalam pembagian dari Kitab TANAKH nama tersebut juga merupakan singkatan dari TAURAT, NEVIIM dan KETUVIIM. Sedangkan Kitab Mazmur adalah bagian dari KETUVIIM, bukan bagian dari TAURAT.
Jadi, bagian awal artikel udah menunjukan dua kesalahan fatal sang ‘Misionaris Pemerkosa’ ayat-ayat Al-Qur'an dan Hadits, sehngga dengan jelas mengungkapkan bagaimana parah pengetahuannya tentang kitab suci Kristen, padahal hal itu merupakan pengetahuan wajib pada tingkat dasar.
Jika pengetahuan tentang kitab sucinya sendiri saja begitu parah, apalagi pengetahuannya terhadap kitab suci umat islam Al-Qur’an?
Dengan pengetahuan yang sedemikian parah dan payah, maka pantaskah ia bicara tentang perbandingan kitab suci Al-Qur'an dan Injil?
Kedua, Ilustrasi yang diajukan
Misionaris ini mengajukan Ilustrasi tentang langkah pertama yaitu “mencari jalan yang lurus” dengan mengajukan Ilustrasi: memperbandingkan Antara JALAN LURUS VS JALAN BERLIKU.
Lagi lagi pemilihan Ilustrasi perbandingan jalan lurus dengan JALAN BERLIKU adalah Pilihan yang sangat TIDAK KITABIAH, karena dalam terjemahan bahasa indonesia Alkitab maupun Al-Qur’an tidak ada istilah tentang “JALAN BERLIKU”
Jadi, ketidak jelian dalam memilih kata yang tepat dalam mengajukan ilustrasi yang tepat menunjukkan bahwa MISIONARIS penulis artikel tersebut sangat tidak menguasai topik yang ia ajukan sendiri.
Di luar ketidakmampuannya memilih kata yang tepat terhadap ilustrasi tersebut, penulis menangkap isi pesan yang ingin ia sampaikan, yaitu ingin memperbandingkan jalan keselamatan yang ditawarkan oleh Islam vs jalan kesalamatan yang ditawarkan oleh Kristen.
Kalau misionaris pemerkosa tersebut ingin menyampaikan pesan bahwa kelamatan dalam islam laksana jalan berliku dan keselamatan Kristen adalah jalan yang lurus, maka pesan tersebut mengingatkan terhadap apa yang pernah saya postingkan dalam status di Facebook pada tanggal 12 April 2012
Salahsatu STRATEGI PENIPU atau PEMBOHONG untuk memudahkan mereka menjerat korban/mangsanya adalah dengan cara memberikan IMING IMING “SEDIKIT KERJA”, ”CARA MUDAH”, ”TIDAK PERLU KERJA KERAS” dll, tapi MENDAPATKAN KEPUASAN/HADIAH MAKSIMAL yang tiada batas.

TAWARAN KESUKSESAN YANG MERUJUK PADA KENYATAAN
Untuk Meraih Puncak Kesuksesan dan Keberhasilan dibutuhkan banyak persyaratan. Tidak hanya Niat, tapi diperlukan juga ILMU YANG MEMADAI, Tidak Cuma Niat dan ILMU saja, tetapi DIBUTUHKAN PULA KESUNGGUHAN HATI, KONSISTENSI dan DISIPLIN (Istiqomah) dll.

BANDINGKAN Jika kedua “KONSEP YANG DITAWARKAN PENIPU/PEMBOHONG” adalah SANGAT MENGGIURKAN, karena untuk mendapatkan sesuatu yang luar biasa TIDAK RIBET dan SANGAT MUDAH.

Demikian juga dalam dogma agama baru sepupu,menawarkan hal yang sama,hanya dengan MODAL PERCAYA kalau “TOKOH UTAMA” MATI karena untuk MENEBUS DOSA dan UNTUK KESELAMATAN Umat manusia, dan TAWARANNYA adalah KEPASTIAN AKAN KESELAMATAN.

Sedangkan dalam Islam banyak persyaratan untuk mendapatkan keselamatan harus beriman, beramal, berilmu dan IKHLAS, sehingga “InsyaAllah” mendapatkan keselamatan atau masuk Surga.

Melihat perbedaan ini maka kita ajak saudara saudara kita untuk merenungi secara seksama dengan menggunakan hati nurani dan Akal secara maksimal agar tidak tertipu yang membuatnya menyesal dikemudian hari.

mau pilih yang mana?
PENAWARAN yang BERISI PENIPUAN
DAN
MANA PENAWARAN yang BERISI PENCERAHAN.

saya berikan salah satu ANALOGI/perumpamaan agar mudah dipahami.
YAITU TIPS AGAR MEMILIKI UANG BANYAK.
PENYESAT /Pembohong akan menawarkan Tips yang mudah, tidak ribet, praktis, waktunya singkat dalam meraih keinginannya. Maka tawarannya yang sering adalah dengan cara:
1.”PESUGIHAN” percaya dan minta tolong pada ‘makhluk tertentu”, (makhluk tertentu tersebut bisa mencarikan uang atau menggandakan uang)
2.”MERAMPAS MILIK ORANG LAIN”, merampok, mencuri, menipu dll
3.Menjual diri, menjual kehormatan dll

Bandingkan:
Tips dari Motivator jalan yang benar, akan menawarakan TIPS yang BANYAK PERSYARATAN YANG HARUS DIPENUHI. Harus rajin belajar, rajin bekerja, kreatif, pandai mengelola waktu dan kesempatan, hemat dll. Atau (tambahan jawaban dengan Analogi lain)
Tips agar bisa sukses sampai ke puncak,
Untuk Bisa sampai ke puncak banyak persyaratan, yaitu: memiliki keinginan, tahu jalan ke puncak, punya kesungguhan hati, bekal yang harus memadai, konsisten berjalan sesuai pengetahuannya tentang jalan yang benar, hati hati dll ==> Tujuan tercapai

Bandingkan:
Tips mencelakai diri atau ingin merugikan diri sendiri,sangat mudah sekali dan sangat tidak ribet.
Modalnya sedikit :punya keinginan,memiliki benda yang bisa untuk melukai atau membunuh,lakukan sedikit tindakan==>Tujuan tercapai

MAKA mana yang anda pilih?

Ketiga, ayat yang diajukan sebagai perbandingan
Kita perhatikan apa yang disampaikannya:
“Tunjukilah kami jalan yang lurus” (QS Al-Fatihah:6).
Dim anakah “Jalan Lurus” itu dapat ditemukan? 

"Aku [Allah] hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kautempuh ...” (Taurat, Mazmur 32:8)
Pada bagian ini MISIONARIS PEMERKOSA menambahkan Kata Allah untuk menjelaskan tentang kata Aku dalam ayat tersebut dengan menambahkan kata Allah.
kalau kita membaca Kitab Mazmur Pasal 32 secara keseluruhan :
32:1 Dari Daud. Nyanyian pengajaran. Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi!
32:2 Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN, dan yang tidak berjiwa penipu!
32:3 Selama aku berdiam diri, tulang-tulangku menjadi lesu karena aku mengeluh sepanjang hari;
32:4 sebab siang malam tangan-Mu menekan aku dengan berat, sumsumku menjadi kering, seperti oleh teriknya musim panas. Sela
32:5 Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: “Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku,” dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku.
Sela 32:6 Sebab itu hendaklah setiap orang saleh berdoa kepada-Mu, selagi Engkau dapat ditemui; sesungguhnya pada waktu banjir besar terjadi, itu tidak melandanya.
32:7 Engkaulah persembunyian bagiku, terhadap kesesakan Engkau menjaga aku, Engkau mengelilingi aku, sehingga aku luput dan bersorak.
Sela 32:8 Aku hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kautempuh; Aku hendak memberi nasihat, mata-Ku tertuju kepadamu.
32:9 Janganlah seperti kuda atau bagal yang tidak berakal, yang kegarangannya harus dikendalikan dengan tali les dan kekang, kalau tidak, ia tidak akan mendekati engkau.
32:10 Banyak kesakitan diderita orang fasik, tetapi orang percaya kepada TUHAN dikelilingi-Nya dengan kasih setia.
32:11 Bersukacitalah dalam TUHAN dan bersorak-soraklah, hai orang-orang benar; bersorak-sorailah, hai orang-orang jujur!
Setelah melihat Kitab Mazmur 32 secara utuh, maka sangat jelas terlihat bahwa dalam pasal ini yang berbicara adalah Daud. Bukan Allah seperti yang secara sembrono dan bodoh ditambahkan dalam tanda kurung oleh si penulis. 
4. Keselamatan menurut Al-Qur’an tidak butuh penjelasan Alkitab
Pada bagian inilah yang saya anggap sebagai bukti ‘pemerkosaan’ misionaris terhadap Al- Qur’an. ketika Misionaris menyodorkan jawaban yang bersumber dari Alkitab, maka itu merupakan UPAYA PEMERKOSAAN terhadap Al-Qur’an
PEMERKOSAAN yang dilakukan Misionaris dalam hal ini adalah setelah menempatkan Ayat Al-Qur’an sebagai posisi yang masih dalam lingkaran Problem, kemudian ia melakukan PEMERKOSAAN dengan menjadikan Mazmur 32 sebagai Jawaban untuk PROBLEM tersebut.
Hal tersebut bisa kita perhatikan pada  “komentarnya’ terhadap QS. Al-Fatihah: 6, dengan menuliskan: ”Dia perlu mencari jalan lurus itu.”
Terms "mencari terlebih dahulu" hanyalah untuk orang yang tidak tahu atau belum tahu, sedangkan QS. Al-Fatihah: 6 adalah tentang Pengajaran kepada Umat manusia, untuk MEMOHON PETUNJUK kepada SANG PENCIPTA ALAM SEMESTA, Allah yang MAHA TAHU.
Ayat ini adalah pengajaran tentang kerendahan hati dan pengajaran untuk Tahu Diri.
Pengetahuan manusia sangatlah terbatas, maka sangat wajar jika dari waktu ke waktu manusia memohon petunjuk kepada YANG PENGETAHUANNYA TAK TERBATAS.
Manusia memiliki Kelemahan lainnya, yaitu khilaf atau lupa, maka sangat wajar pula kalau manusia memohon petunjuk dan bimbingan dari Yang Maha Kuasa dan Maha berkehendak. Dan petunjuk tentang jalan yang lurus itu disampaikan lebih detail yaitu :
  1. JALAN ORANG ORANG YANG TELAH DIANUGERAHI NIKMAT Jalan orang orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah.
  2. BUKAN JALAN MEREKA YANG DIMURKAI ALLAH
  3. BUKAN JALAN MEREKA YANG SESAT
sebagaimana yang ada dalam ayat lanjutannya yaitu QS. Al-Fatihah:7
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ

(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan ni’mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai (orang-orang yang mengetahui kebenaran dan meninggalkannya), dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat (orang-orang yang meninggalkan kebenaran karena ketidaktahuan dan kejahilan).
Syaikh as-Sa’di rahimahullah menerangkan bahwa hakekat jalan yang lurus itu akan diperoleh dengan cara mengenali kebenaran dan mengamalkannya (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 39). 

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata, “Dengan ucapan anda ‘Ihdinash shirathal mustaqim’ itu artinya anda telah meminta kepada Allah ta’ala ilmu yang bermanfaat dan amal yang saleh.”  (Tafsir Juz ‘Amma, hal. 12).
Syaikh Abdurrazzaq al-Badr hafizhahullah berkata, “Maka orang yang diberi nikmat atas mereka yaitu orang yang berilmu sekaligus beramal. Adapun orang-orang yang dimurkai yaitu orang-orang yang berilmu namun tidak beramal. Sedangkan orang-orang yang tersesat ialah orang-orang yang beramal tanpa landasan ilmu.” (Tsamrat al-’Ilmi al-’Amalu, hal. 14). 

Ibnul Qayyim rahimahullahmenjelaskan bahwa penyebab orang terjerumus dalam kesesatan ialah rusaknya ilmu dan keyakinan. Sedangkan penyebab orang terjerumus dalam kemurkaan ialah rusaknya niat dan amalan (lihat al-Fawa’id, hal. 21)
Allah ta’ala berfirman memberitakan ucapan Nabi ‘Isa ‘alaihis salam (yang artinya), “Maka bertakwalah kalian kepada Allah dan taatilah aku. Sesungguhnya Allah adalah Rabbku dan Rabb kalian, maka sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus.” (QS. Ali Imran: 50-51, lihat juga QS. Az-Zukhruf: 63-64).
Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata, “Inilah, yaitu penyembahan kepada Allah, ketakwaan kepada-Nya, serta ketaatan kepada rasul-Nya merupakan ‘jalan lurus’ yang mengantarkan kepada Allah dan menuju surga-Nya, adapun yang selain jalan itu maka itu adalah jalan-jalan yang menjerumuskan ke neraka.” (Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 132). 

Ibnul Qayyim rahimahullahberkata, “…Sesungguhnya kebenaran itu hanya satu, yaitu jalan Allah yang lurus, tiada jalan yang mengantarkan kepada-Nya selain jalan itu. Yaitu beribadah kepada Allah tanpa mempersekutukan-Nya dengan apapun, dengan cara menjalankan syari’at yang ditetapkan-Nya melalui lisan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, bukan dengan [landasan] hawa nafsu maupun bid’ah-bid’ah…” (at-Tafsir al-Qayyim, hal. 116-117)
Dalam surat Maryam, Allah ta’ala juga memberitakan ucapan Isa ‘alaihis salam tersebut (yang artinya), “Dan sesungguhnya Allah adalah Rabbku dan Rabb kalian, maka sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus.” (QS. Maryam: 36).
Syaikh as-Sa’di rahimahullah menerangkan, bahwa makna ‘sembahlah Dia’ adalah: ikhlaskan ibadah kepada-Nya, bersungguh-sungguhlah dalam inabah (taubat dan semakin taat) kepada-Nya. Di dalam ungkapan ‘Sesungguhnya Allah adalah Rabbku dan Rabb kalian maka sembahlah Dia’ terkandung penetapan tauhid rububiyah dan tauhid uluhiyah, serta berargumentasi dengan tauhid yang pertama (rububiyah) untuk mewajibkan tauhid yang kedua (uluhiyah) (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 493)
Bahkan, Allah sendiri telah menegaskan bahwa tauhid dan ketaatan kepada-Nya inilah jalan yang lurus itu, bukan penyembahan dan ketaatan kepada syaitan. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Bukankah Aku telah berpesan kepada kalian, wahai keturunan Adam; Janganlah kalian menyembah syaitan. Sesungguhnya dia adalah musuh yang nyata bagi kalian. Dan sembahlah Aku. Inilah jalan yang lurus.” (QS. Yasin: 60-61). 

Syaikh as-Sa’di rahimahullah menerangkan, bahwa yang dimaksud ‘mentaati syaitan’ itu mencakup segala bentuk kekafiran dan kemaksiatan. Adapun jalan yang lurus itu adalah beribadah kepada Allah, taat kepada-Nya, dan mendurhakai syaitan (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 698)
Perlu diingat, bahwa ketaatan kepada Rasul pada hakekatnya merupakan ketaatan kepada Allah, tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya),“Barangsiapa yang taat kepada rasul itu, sesungguhnya dia telah taat kepada Allah.” (QS. An-Nisaa’: 80). 

Ayat ini menunjukkan bahwa semua orang yang taat kepada Rasulullah dalam hal perintah dan larangannya sesungguhnya telah taat kepada Allah ta’ala. Karena rasul tidaklah memerintah dan melarang kecuali dengan perintah dari Allah, dengan syari’at dan wahyu dari-Nya. Sehingga hal ini menunjukkan ‘ishmah/keterpeliharaan diri Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena Allah memerintahkan taat kepada beliau secara mutlak (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 189)

Jadi kalau Ayat Al Qur’an ditempatkan tidak menawarkan keselamatan yang jelas, dengan menganggap “MASIH PERLU DICARI” tentang  jalan yang lurus, jelas itu adalah UPAYA PEMERKOSAAN yang dilakukan oleh Misionaris terhadap Al-Qur’an.
Dan Mengenai hal ini Al-Qur’an sudah memberikan petunjuk yang jelas tentang jalan yang lurus atau bagaimana mendapatkan keselamatan.
Sebagai penutup bagian pembahasan ini, saya coba mengutip apa yang disampaikan oleh Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar terkait QS. Al-Fatihah 6:
Untuk mencapai Ridho Allah, maka Tuhan menunjukkan garis jalan-Nya yang harus ditempuh, lalu Allah mengutus Rasul-rasulNya membawa Syariat dan memimpin kepada manusia bagaimana menempuh jalan itu; Isi Al-Qur’an yang ini tersimpul dalam ayat “Ihdinas Shirothol Mustaqim”.
Kemudian itu Al-Qur’an berisi kabar yang menggembirakan bagi orang yang taat dan patuh, kebahagiaan di dunia dan syurga di akhirat yang di dalam istilah agama disebut wa’ad, ini telah terkandung di dalam ayat “Shirotholladzina an `amta `alaihim", jalan yang telah Engkau beri nikmat atasnya. Kemudian al-Qur’an pun memberikan ancaman siksa dan azab bagi orang yang lengah dan lalai, kufur dan durhaka, yang disebut wa’id. Maka tersimpul pulalah kata al-Qur’an ini pada ujung surat tentang orang yang maghdhub, kena murka Tuhan, dan orang yang dhoollin, orang yang sesat. Demikian pula al-Qur’an menceritakan keadaan umat-umat yang telah terdahulu, yang telah binasa dan hancur karena dimurkai Tuhan, dan diceritakan juga kaum yang sesat dari jalan yang benar; itupun telah tersimpul di dalam kedua kalimat maghdhubi dan dhoollin itu. (Bersambung)


[Id Amor Menjawab Fitnah Misionaris]


Bagikan artikel ini

Posting Komentar

0 Komentar