Kisah bahtil Ummu Qirfa yang diekspose melalui media sosial dengan tujuan membangun image buruk tentang Nabi Muhammad SAW dan para Sahabat dimulai dan dikembangkan oleh seorang netter yang menggunakan nama samaran Ibliziyulhaq. Pemikirannya memang kontroversial namun sayang, setelah mengikuti beberapa dialog dengannya, ternyata dia hanyalah satu dari sekian korban penyesatan FFI (Faith Freedom Indonesia). 

Dengan keyakinan penuh bahwa apa yang dipahaminya merupakan sebuah kebenaran, tanpa ragu Ibliz ini memposting cerita tentang "pembunuhan" Ummu Qirfa di banyak media. Tujuannya tidak jauh-jauh dari memenuhi nafsunya untuk mendiskreditkan Rasulullah SAW, mencoreng citra Islam, sekaligus menyatakan diri sebagai musuh pemikir Islam.
Akan tetapi ternyata cerita tentang "pembunuhan" Ummu Qirfa yang disebarkannya tsb berbasis pada hadits matruk! Hadits riwayat seorang rawi yang oleh para pensyarah hadits terkemuka dinyatakan sebagai pemalsu ribuan hadits!
Jadi, walau demikian besar nafsunya agar pembaca setuju dan percaya bahwa Rasulullah SAW dan para sahabat tidak ada bedanya dengan gerombolan ISIS, namun karena kerterbatasannya tentang ilmu-ilmu hadits, maka dia pun tidak tahu bahwa fakta seputar kisah ini ternyata bercerita lain.

MENJAWAB PEMBUNUHAN UMMU QIRFA
Sebelum kita kupas kebenaran tentang tuduhan pembunuhan terhadap Umm Qirfa, ada baiknya kita cermati dulu referensi dari Sirah Nabawiyah dalam teks asli yang dijadikan landasan tuduhan tsb.

Teks asli Sirah Nabawi tertulis seperti berikut:
غزوة زيد بن حارثة: في فَزَارة: وغزوة زيد بن حارثة أيضا وادي القُرى : لقى به بني فزارة، فأصيب بها ناسٌ من أصحابه ، وارتُثَّ زيد من بين القتلى، وفيها أصيب ورَد بن عَمرو بن مَداش ، وكان أحد بني سعد بن هُذَيل ، أصابه أحد بني بدر.
قال ابن هشام : سعد بن هُذَيْل .

قال ابن إسحاق : فلما قدم زيد بن حارثة آلى أن لا يمس رأسَه غُسل من جنابة حتى يغزوَ بني فَزَارة، فلما استبل من جراحته بعثه رسول الله صلى الله عليه وسلم إلى بني فَزَارة في جيش ، ققتلهمِ بوادي القُرى، وأصاب فيهم ، وقتل قَيسُ بن المسَحَّر اليَعْمُري مَسْعَدة بنَ حَكَمة بن مالك ابن حُذيفة بن بدر، وأسرَتْ أم قِرفة فاطمة بنت ربيعة بن بدر كانت عجوزا كبيرة عند مالك بن حُذيفة بن بدر، وبنتٌ لها، وعبداللّه بن مَسْعَدة، فأمر زيد بن حارثة قيس بن المسحَّر أن يقتل أمَّ قرفة، فقتلها قتلا عنيفاً، ثم قدموا على رسول الله صلى الله عليه وسلم بابنة أم قرفة وبابن مَسْعَده .
وكانت بنت أم قِرْفة لسلَمة بن عمرو بن الأكوع ، كان هو

الذي أصابها، وكانت في بيت شرف من قومها، كانت العرب تقول : ” لو كنتِ أعز من أم قرفة ما زدْتِ “. فسألها رسول الله صلى الله عليه وسلم سلمة، فوهبها له ، فأهداها لخاله حَزْن بن أبي وهب ، فولدت له عبد الرحمن ابن حَزْن . فقال قيس .بن المسَحَّرفى قتل مَسْعدة :
سَعَيْتُ بوَرْدٍ مثلَ سَعْىِ ابنِ أمِّه وإنى بوَرْدٍ في الحياةِ لثائِرُ
كررتُ عليه المهْرَ لما رأيتُه على بَطَلٍ من آلِ بَدْرٍ مُغَاوِرِ
فركَّبْتُ فيه قَعْضَبِيًّا كأنه شِهاب بمَعْرَاةٍ يُذَكَّى لناظرِ
Bagi mereka yang mengerti bahasa Arab dan sedikit banyak pernah mempelajari sejarah Islam, khususnya sejarah peperangan sepanjang masa kerasulan nabi Muhammad SAW, tentu hadits di atas akan menimbulkan tanda tanya perihal benar atau tidaknya Nabi Muhammad SAW terlibat dalam kisah Ummu Qirfa. Dan jawabannya dapat ditemui pada penjelasan berikut:

Setelah ditelusuri, ternyata sumber pertama kisah peretempuran antara pasukan Zaid bin Harits melawan pasukan Bani Fazarah dalam Sirah Nabawiyah karya Ibnu Hisyam berasal dari kitab Al Maghazi karya Al-Waqidi.
 
Sumber pertama:
و محمد بن عمر بن واقد الواقدي   
Muhammad Umar Bin Al-Waqidi

Catatan penting tentang hadits ini
Ibnu Jauziyah berkata; 
 شخص متهم الكذب لدى علماء الحديث 
Orang ini dianggap telah berdusta kepada para Ulama Hadits.


والقصة أوردها ابن كثير في البداية والنهاية مختصرة ولم يعلق عليها بشىء وذكرها ابن هشام في السيرة وكلاهما عن محمد ابن اسحق الذي لم يذكر سند الرواية
Kisah tsb diriwayatkan juga oleh Ibn Katheer secara singkat, tapi dia tidak memberikan komentar apapun, dan Ibn Hisham meriwayatkannya dalam Sirah Nabawiyah. Sedangkan kedua kisah tsb berasal dari Muhammad Ibn Ishaq yang tidak menyebutkan sanad (mata rantai transmisi) riwayat.

فالحاصل ان الرواية لم تصح فلا يجوز الاحتجاج بها
Intinya adalah, bahwa narasi itu tidak benar, sehingga tidak diperbolehkan untuk mempercayainya

 قال البخاري : الواقدي مديني سكن بغداد متروك الحديث تركه أحمد وابن نمير وابن المبارك وإسماعيل بن زكريا ( تهذيب الكمال مجلد) 
Al-Bukhari mengatakan: Al-Waqidi Madini, kediaman Bagdad haditsnya matruk. Haditsnya ditinggalkan oleh Ahmad, Ibnu Numayr, Ibnu Al-Mubarak, dan Ismail bin Zakariyya (Tahdheeb Al-Kamal vol.....)

Bagaimana cara mengetahuinya? 
Tuntutlah ilmu!

انماالدين بالآثارليس بالراي ,ليس الدين بالكلام ، انما الدين بالآثار
Sesungguhnya Agama itu mengikuti Atsar, bukan pendapat sendiri (asumsi). Bukanlah agama itu yang mengikut perkataan seseorang, tetapi Agama adalah dengan berpegang (mengikut) kepada Atsar.

KISAH PEMBUNUHAN UMMU QIRFA
Riwayat tentang pembunuhan Ummu Qirfa dikisahkan dalam Thabaqat karya Ibnu Saad. Lalu Ibnu Al Jauzi mengutip riwayat tsb ke dalam kitab beliau yang berjudul Al Muntazham. Adapun pembahasan tentang perawi yang meriwayatkan kisah ini terpusat pada Muhammad Umar Al Waqidi, yaitu seorang ulama hadits yang dianggap sebagai pendusta oleh mayoritas ahli hadits.

Termasuk yang meriwayatkannya adalah Ibnu Katsir yang menulisnya secara singkat dalam kitabnya Al Bidayah wan Nihayah, namun beliau tidak memberikan komentar apa pun tentangnya. Kisah ini juga menjadi bagian dari sejarah Rasulullah SAW karya Ibnu Hisyam dalam kitab masyhurnya; Sirah Nabawiyah yang dinukil dari tulisan Muhammad ibnu Ishaq. Namun khusus tentang kisah ini, baik Ibnu Ishaq maupun Ibnu Hisyam sama-sama tidak menyebutkan sanad para perawinya.  

Jadi, berdasarkan kaidah dan syarat-syarat shahihnya sebuah hadits, kisah pembunuhan Ummu Qirfa  tidak dapat dikatakan shahih, dan oleh karenanya tidak boleh pula dipercayai keabsahannya.

Siapakah Al Waqidi?
Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Umar bin Waqid Al Waqidi Al Aslami Al Madani. Beliau adalah penulis Kitab Al-Maghazi, sebuah karya terkenal bidang kemiliteran dalam sejarah Nabi Muhammad SAW. 

Sirah Nabawiyah karya Ibnu Hisyam dan Al-Maghazi karya Al-Waqidi merupakan dua kitab sirah nabawiyah tertua yang masih ada hingga saat ini. Jika Ibnu Hisyam menulis sirah secara lengkap dari masa sebelum kerasulan nabi Muhammad SAW hingga wafatnya beliau, maka Al Waqidi memilih menulis sejarah peperangan Rasulullah pasca hijrah saja. Oleh karena itu kitabnya disebut Al-Maghazi. Namun demikian kredibilitas keduanya dinilai berbeda dalam pandangan para ulama hadits.

Para ulama hadits menganggap Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam lebih terpercaya daripada Al-Maghazi karya Al-Waqidi karena mayoritas ulama hadits menilai riwayat Al-Waqidi umumnya berderajat matruk. Meskipun sekretaris sekaligus murid Al-Waqidi, yakni Ibnu Sa’ad Al-Baghdadi sering dianggap sebagai figur terpercaya, dan banyak meriwayatkan kisah-kisah dari gurunya itu, namun riwayat Al-Waqidi tidak diterima oleh para ulama hadits, khususnya jika ia meriwayatkannya seorang diri - tanpa menghadirkan nama-nama perawi dalam sanad, atau mata rantai transmisi riwayatnya. 

Kendati demikian, dalam hal sejarah, para ulama mengakui keunggulan Al Waqidi khususnya menyangkut hal-hal seputar peperangan Islam pada masa Rasulullah SAW, sehingga kitabnya menjadi rujukan para cendikiawan Islam dalam rangka memperkaya rekonstruksi sejarah Islam. Kendati demikian, apa kata para Pensyarah Hadits terpercaya tentang Al Waqidi? Berikut beberapa di antaranya:

Imam Bukhari berkata: 
“Al Waqidi adalah seseorang yang ditinggalkan hadits-haditsnya. Ulama-ulama yang tidak mengambil hadis darinya adalah Imam Ahmad, Ibnu Numair, Ibnu Al Mubarak, dan Ismail bin Zakaria” [Tahzibul Kummal Jilid 26 hlm 185-186]

Imam Ahmad berkata: 
“Dia adalah seorang yang sangat pendusta” 

“Dia adalah seorang yang dhaif (tidak dapat dipercayai hadis-hadisnya)”. Sementara dalam kesempatan lain Yahya berkata; "Al Waqidi seseorang yang tidak dapat diandalkan” 

Abu Dawud berkata: 
“telah menceritakan kepadaku oleh orang yang telah mendengar dari Ali Al Madini bahawa dia mengatakan Al Waqidi meriwayatkan 30 000 hadis yang ganjil”. 

“Aku mendengar Yahya Ibnu Mu’in mengatakan, Janganlah ditulis. Hadits-hadits Al Waqidi tidak bernilai apa-apa” 

“Aku bertanya kepada Ali Ibnu Al Madini tentang Al Waqidi lalu dia menjawab: Dia adalah seorang yang ditinggalkan hadits-haditsnya” 

Dalam kitab Addhu’afa’ wal Matrukin karya An Nasaai beliau berkata: 
“Yang terkenal dalam hal berdusta tentang Rasulullah itu ada empat orang. Termasuk daripadanya Al Waqidi, Muqatil dan Muhammad bin Sa’id.” 

Jadi, berdasarkan keterangan para Pensyarah Hadits masyhur di atas perihal Al Waqidi dan hadits-haditsnya, bagaimana mungkin kisah pembunuhan Ummu Qirfa - dengan cara yang sedemikian barbar itu - dapat dipercaya sebagai sebuah kebenaran?

Perhatikan juga penjelasan terkait kisah Pembunuhan Ummu Qirfa dari sumber-sumber terpercaya lainnya di sini.