Kelanjutan dari tuduhan-tuduhan berdasar asumsi sebelumnya adalah sebagai berikut:
Quote:7. Islam mengelilingi kuil Shiva Ka'bah sebanyak 7 kali, sama seperti yang dulu dilakukan kaum Hindu,8. Melakukan konsep Hindu membersihkan dosa dengan melakukan ziarah ke tempat suci,9. Mengumpulkan air suci yang mewakili Gangga Jal (air zam-zam) sama seperti kaum Hindu mengumpulkan air suci Sungai Gangga untuk dibawa pulang,10. Pakai baju putih tanpa jahitan kala naik haji, sama seperti yang dikenakan kaum Hindu saat melakukan ibadah dan ziarah.11. Merayakan tuntasnya ibadah Haji ke kuil Shiva Ka'bah dan menamakan hari tsb sebagai Hari Raya Eid yang merupakan ibadah Hindu dari bahasa Sanskrit,12. Memasukkan semua dalam doa Jagratta kepada sang Dewi Bulan Durga (Allah) sebagai bagian dari Islam.
TANGGAPAN
7. Jawaban untuk asumsi ketujuh: belum pernah saya mendengar, apalagi melihat sendiri umat Hindu, sebut saja misalnya di Pulau Bali, 'tawaf' mengelilingi kuil mereka sebanyak 7 kali seperti halnya umat Islam tawaf mengelilingi Ka'bah saat melaksanakan ibadah Haji atau Umroh. Asumsi di atas menyebutkan umat Islam tawaf sama seperti "yang dulu dilakukan kaum Hindu". Memangnya yang dimaksud dengsan "dulu" itu kapan? Di mana? Buktinya apa? Dalam tatanan ritual keagamaan umat Hindu memang ada praktek-praktek yang menyerupai tawaf, misalnya saja dalam prosesi upacara Agnihotra dan Purwa Daksina. Dalam upacara Agnihotra, benar ada ritual mengelilingi api suci sebanyak 7 kali, tapi itu hanya dilakukan oleh pasangan pengantin Hindu yang sedang merayakan upacara pernikahan mereka. Bukan oleh orang banyak. Sedangkan dalam upacara Puwa Daksina, yakni rangkaian upacara untuk mengantarkan arwah keluarga yang baru diaben menuju ke tingkatan roh suci, salahsatu ritualnya mengharuskan anggota keluarga, kerabat, dan sahabat mengelilingi upakara banten mamukur sebanyak 3 kali. Bukan 7 kali. Tapi di mana letak persamaan atau hubungan antara upacara pernikahan pengantin Hindu dan upacara mengantarkan roh keluarga Hindu yang baru wafat dengan ibadah Haji dan Umroh umat Islam? Coba dipikir dulu sendiri deh! Ngawur kok kebangetan gitu sih?
8. Jawaban untuk asumsi kedelapan: Ini juga ngawur! Bagi umat Islam ziarah ke tempat suci, dalam hal ini melaksanakan ibadah Haji ke Mekah dan Madinah, sama sekali tidak ada hubungannya dengan membersihkan diri dari dosa. Dalam Islam ada banyak cara untuk itu, di antaranya melalui jalan "taubatan nasuha" yakni sungguh-sungguh mohon ampun kepada Allah dan berupaya sekuatnya untuk tidak mengulangi lagi segala perbuatan dosa yang pernah dilakukan. Hal ini dapat dilakukan sendiri di rumah tanpa harus repot-repot ziarah ke tempat suci. Sedangkan ibadah Haji adalah salahsatu dari 5 Rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap Muslim, namun dengan pengecualian; hanya berlaku bagi mereka yang mampu secara fisik, psikis, dan finansial saja. Sedangkan bagi yang tidak mampu, kewajiban ini tidak berlaku. Jika untuk membersihkan diri dari dosa setiap Muslim harus melakukan ziarah ke tempat suci, lalu di mana letak ke-maha-adil-an Allah? Tidak semua Muslim mampu melaksanakan ibadah Haji karena berbagai keterbatasan, apakah dengan begitu lantas hanya orang-orang mampu saja yang dosanya akan dibersihkan? Semua umat Islam tahu bahwa Allah Maha Adil dan tidak pernah diskriminatif terhadap siapapun. Oleh karenanya, mengira ibadah Haji umat Islam dimaksudkan untuk membersihkan diri dari dosa jelas merupakan asumsi luar biasa keblinger!
9. Jawaban untuk asumsi kesembilan: Ada enam rukun - atau tata laksana - ibadah haji yang wajib dipenuhi oleh setiap Muslim dalam melaksanakan ibadah Haji. Jika salahsatu dari keenam rukun tsb tidak dipenuhi, maka dipastikan akan sia-sialah ibadah hajinya. Tapi sejak dulu hingga hari ini tidak ada satu kata pun dalam keenam rukun Haji tsb yang menyebut kata "air suci zamzam", apalagi mewajibkan setiap jemaah Haji mengumpulkannya untuk dibawa pulang! Air zamzam sama sekali bukan bagian dari ritual ibadah Haji. Memang benar, karena berbagai alasan banyak jemaah Haji yang membawanya pulang sebagai oleh-oleh, tapi tidak sedikit pula yang sama sekali tidak tertarik untuk membawanya pulang. Artinya, terlepas mau pulang dengan membawa air zamzam atau tidak, sama sekali tidak ada pengaruhnya terhadap ibadah Haji yang mereka laksanakan. Jadi, menyamakan fungsi air zamzam dengan air sungai Gangga bagi umat Islam dan umat Hindu adalah poroduk pikir berbasis hayalan tingkat Dewa, alias pemikiran orang teler!
10. Jawaban untuk asumsi kesepuluh: Busana yang dikenakan oleh umat Islam ketika melaksanakan Haji disebut "Ihram", terdiri dari 2 lembar kain (walau tidak wajib tapi umumnya berwarna putih) dan sama sekali tidak berjahit, alias bebas benang jahitan. Jadi, selama melaksanakan prosesi ibadah Haji, yang dikenakan hanya 2 lembar kain tanpa jahitan itu saja tanpa tambahan asesoris apapun, apalagi yang berjahit. Mengenakan busana normal baru diperbolehkan setelah selesai prosesi "tahallul". Hal ini tentu ada filosofinya, tapi persoalan kita bukan itu, melainkan anggapan "sengkleh" yang menuding busana Haji umat Islam meniru busana ibadah umat Hindu, sehingga timbul pertanyaan; benarkah busana ibadah umat Hindu berwarna putih dan tidak berjahit? Ternyata jawabnya; "Salah!" Menurut kitab Bhagavata Purana; "pakaian yang baik untuk digunakan sebagai persembahyangan adalah pakaian yang jahitannya sedikit", terdiri atas 3 bagian yaitu Uttama Angga (busana bagian kepala), Madyama Angga (busana badan) dan Kanistama Angga (busana dari pinggang ke bawah). Lantas, benarkah warnanya harus serba putih? Ternyata tidak! Warna busana ibadah umat Hindu disesuaikan menurut jenis upacara masing-masing. Misalnya, pakaian serba putih digunakan saat upacara Dewa Yadnya, pakaian serba gelap (hitam) digunakan saat Pitra Yadanya (upacara kematian, ngaben). Pakaian kuning diperuntukan bagi seorang Brahmacarin (bujang, belum menikah) dan pakaian warna merah diperuntukan bagi seorang Grahastin (sudah menikah). Sampai di sini, karena memang tidak perlu dijawab, kita tidak harus bertanya pula; apakah ketika mengenakan beragam warna busana ibadah tsb umat Hindu tidak mengenakan underwear? Jelas sekali busana ibadah Haji umat Islam sangat jauh berbeda dari busana ibadah umat Hindu!
11. Jawaban untuk asumsi kesebelas: Saya sangat meragukan bahwa dalam bahasa Sanskerta ada kata "Eid Al Adha" atau "Idul Adha". Seandainya ada, meski hanya mirip-mirip sekalipun, saya justru lebih meragukan lagi bahwa maksud atau maknanya akan sama seperti apa yang dipahami oleh umat Islam seputar kata tsb. Eid Al Adha adalah salahsatu dari dua Hari Raya besar Islam, dan Hari Raya ini dimaksudkan untuk memperingati hari kurban, yaitu peristiwa bersejarah di mana Nabi Ibrahim As mengorbankan putranya Isma'il sebagai wujud kepatuhannya kepada perintah Allah. Namun sebelum pengorbanan itu benar-benar terjadi, Allah menggantikan putranya dengan seekor domba. Untuk memperingati peristiwa inilah maka hampir semua keluarga Muslim di seluruh dunia setiap tahunnya menyembelih hewan ternak sebagai kurban. Eid Al Adha, atau Idul Adha jatuh pada tanggal 10 Zulhijah atau 70 hari setelah Idul Fitri bertepatan dengan berlangsungnya prosesi akhir ibadah Haji yang dimulai sejak fajar tanggal 9 hingga fajar tanggal 10 Zulhijah. Sama seperti saudara-saudara Muslimnya di seluruh dunia, pada tanggal 10 Zulhijah tsb jemaah Haji di Mekah juga merayakan Idul Adha, termasuk menyembelih kurban sebagai salahsatu rukun dalam prosesi ibadah Haji. Setelah kelaziman ini, selanjutnya masing-masing jemaah Haji boleh melakukan "tahallul akhir" (biasanya antara tanggal 11 s.d 12 Zulhijah), sebelum akhirnya pulang ke negara masing-masing. Dari fakta ini terlihat dengan jelas bahwa merayakan "Ied Al Adha", termasuk menyembelih kurban bagi jemaah Haji bukan dimaksudkan untuk merayakan tuntasnya ibadah Haji mereka, melainkan memang sudah menjadi bagian dari tradisi keagamaan umat Islam di seluruh dunia! Oleh karena itu, jika tuduhan pekok di atas memang benar, tentu saja "Ied Al Adha" tidak pernah dirayakan oleh umat Islam di mana pun di seluruh muka bumi ini kecuali hanya di Mekkah saja! Bisa dinalar tidak?
11. Jawaban untuk asumsi kesebelas: Saya sangat meragukan bahwa dalam bahasa Sanskerta ada kata "Eid Al Adha" atau "Idul Adha". Seandainya ada, meski hanya mirip-mirip sekalipun, saya justru lebih meragukan lagi bahwa maksud atau maknanya akan sama seperti apa yang dipahami oleh umat Islam seputar kata tsb. Eid Al Adha adalah salahsatu dari dua Hari Raya besar Islam, dan Hari Raya ini dimaksudkan untuk memperingati hari kurban, yaitu peristiwa bersejarah di mana Nabi Ibrahim As mengorbankan putranya Isma'il sebagai wujud kepatuhannya kepada perintah Allah. Namun sebelum pengorbanan itu benar-benar terjadi, Allah menggantikan putranya dengan seekor domba. Untuk memperingati peristiwa inilah maka hampir semua keluarga Muslim di seluruh dunia setiap tahunnya menyembelih hewan ternak sebagai kurban. Eid Al Adha, atau Idul Adha jatuh pada tanggal 10 Zulhijah atau 70 hari setelah Idul Fitri bertepatan dengan berlangsungnya prosesi akhir ibadah Haji yang dimulai sejak fajar tanggal 9 hingga fajar tanggal 10 Zulhijah. Sama seperti saudara-saudara Muslimnya di seluruh dunia, pada tanggal 10 Zulhijah tsb jemaah Haji di Mekah juga merayakan Idul Adha, termasuk menyembelih kurban sebagai salahsatu rukun dalam prosesi ibadah Haji. Setelah kelaziman ini, selanjutnya masing-masing jemaah Haji boleh melakukan "tahallul akhir" (biasanya antara tanggal 11 s.d 12 Zulhijah), sebelum akhirnya pulang ke negara masing-masing. Dari fakta ini terlihat dengan jelas bahwa merayakan "Ied Al Adha", termasuk menyembelih kurban bagi jemaah Haji bukan dimaksudkan untuk merayakan tuntasnya ibadah Haji mereka, melainkan memang sudah menjadi bagian dari tradisi keagamaan umat Islam di seluruh dunia! Oleh karena itu, jika tuduhan pekok di atas memang benar, tentu saja "Ied Al Adha" tidak pernah dirayakan oleh umat Islam di mana pun di seluruh muka bumi ini kecuali hanya di Mekkah saja! Bisa dinalar tidak?
12. Jawaban untuk asumsi keduabelas: Ini seru! Bagaimanakah sih sebenarnya narasi "Doa Jagratta" kepada Durga sang Dewi Bulan itu? Lalu doa-doa mana saja dalam prosesi ibadah Haji umat Islam yang dianggap sama dengan Jagratta? Tolong perlihatkan bukti-bukti otentiknya kepada pembaca deh, supaya semakin jelas terlihat bagaimana sempurnanya kebebalan kalian!
Miris! Anda coba mengotak-atik gathuk Islam supaya sama dengan Hindu dengan menggunakan jurus Jaka Sembung naik sepeda onthel lupa bawa golok, alias gak nyambung tapi ngeyel tandanya g*bl*g. Padahal sampai kapanpun Islam tidak akan pernah sama dengan Hindu. Point tertinggi dalam akidah Islam yang tidak mungkin dapat disamakan dengan Hindu adalah Tauhid. Seandainya Islam adalah jiplakan agama Hindu, tentu saja umatnya tidak akan menuhankan satu-satunya Tuhan yaitu Allah, tapi akan menyembah juga Dewa-Dewa lain di samping Allah. Faktanya bagiamana?
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
“Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Rabb yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, Dan tiada seorangpun yang setara dengan-Nya.” (QS. Al-Ikhlas: 1-4)
Karenanya, jika memang Islam adalah jiplakan dari Hindu, maka tunjukkanlah bahwa dalam Al-Qur’an, atau dalam hadits-hadits Maudhu sekalipun, ada nama-nama Tuhan lain yang harus disembah di samping Allah sebagaimana halnya dalam Hindu yang menyembah Dewa-Dewa.
Yang jelas justru keyakinan Kristenlah yang identik dengan keyakinan Hindu di mana antara lain sama-sama percaya bahwa Tuhan berinkarnasi, alias menjelma, menjadi makhluk ciptaan-Nya sendiri. Dalam keyakinan Kristen Tuhan menjelma menjadi manusia, sementara di dalam keyakinan Hindu tidak hanya sebatas itu, selain menjelma menjadi manusia Tuhan dapat juga menjelma menjadi sapi atau objek-objek lainnya di seluruh jagad raya ini. Tapi itu baru satu dari sekian banyak kesamaan prinsipil lainnya yang nyaris 100% identik!
Nah, sekarang gantian! Mari sama-sama kita bahas; benarkah Kristen bukan hasil mencontek habis-habisan keyakinan Pagan? Bahkan bukan hanya sekedar mencontek, bukti-bukti sejarah menunjukkan bahwa sejatinya Kristen memang benar-benar Pagan!
Mungkin tidak banyak di antara kita yang mengenal atau setidaknya pernah mendengar nama-nama seperti Mithra dan Horus dalam mitologi Pagan warisan zaman kegelapan dulu. Tapi seiring dengan berakhirnya tulisan ini nantinya akan kenal juga kok! Bukankah tak kenal maka ta’aruf? Saya akan ceritakan sedikit tentang kisah Yesus, tentunya singkat saja dan ceritanya pun bersumber dari Alkitab (PL dan PB) sebab yang jadi tokoh utamanya adalah Yesus Kristus menurut alkitab. Bukan Nabi Isa As menurut Al-Quran.
Begini:
- Menurut keyakinan umat Kristen, Yesus Kristus adalah anak yang lahir dari perawan Maria (sampai di sini, seluruh umat Islam setuju).
- Mayoritas umat Kristen percaya bahwa Yesus Kristus lahir pada tanggal 25 Desember Tahun Pertama Masehi (umat Islam tidak setuju, karena dicari sampai botak sekalipun tidak pernah ditemui dalilnya dalam alkitab).
Lalu, apa yang kita ketahui tentang Yesus Kristus? Tidak banyak kecuali dari cerita orang-orang Kristen yang coba menjelaskan riwayat Yesus menurut kitab mereka. Kelahiran Yesus Kristus ditandai dengan kemunculan sebuah bintang yang sangat cemerlang di timur, lalu diikuti oleh tiga orang Majusi yang memberkati kelahiran seorang, saya ulangi, seorang juruselamat baru.
Yesus sudah menjadi guru pada umur 12 tahun dan dibaptis oleh Yohanes sang Pembaptis pada kisaran usia (masih kira-kira menurut injil) 30 tahun sebelum mulai menyebarkan ajarannya. Yesus mempunyai 12 orang murid dan disebut-sebut melakukan banyak mukjizat seperti di antaranya: menyembuhkan orang sakit, berjalan diatas air dan menghidupkan orang mati. Julukan yang diberikan kepada Yesus adalah “Raja Segala Raja”, “Anak Tuhan”,”Juruselamat” dlsb. Yesus dikhianati oleh muridnya yang benama Yudas Iskariot, Yudas dibayar oleh tentara Romawi seharga 30 keping perak, lalu Yudas berkata “Orang yang aku cium itulah Yesus”, setelah itu Yesus ditangkap, lalu disalib hingga mati, namun 3 hari setelahnya bangkit lalu naik ke surga.
Sampai di sini, cerita tentang Yesus menurut orang-orang kristen tidak akan saya perperdebatkan, baik alur cerita maupun filosofinya. Yang ingin saya ceritakan adalah kisah Dewa-Dewa Pagan.
Begini:
- Horus; Horus adalah Dewa orang Mesir Kuno yang lahir 3000 tahun sebelum Masehi. Artinya, cerita tentang Horus sudah ada 3000 tahun sebelum Yesus lahir. Bagaimana kisah Dewa Horus ini? Horus dipercaya lahir dari perawan Isis-Meri pada tanggal 25 Desember. Kelahirannya ditandai dengan munculnya sebuah bintang dari timur dan kemudian ditemukan oleh 3 orang Raja untuk dijadikan juruselamat baru. Umur 12 tahun telah menjadi guru, umur 30 tahun dibabtis oleh Anup, sejak itu ia mulai menyebarkan ajarannya. Horus mempunyai 12 orang murid yang senantiasa menyertainya, ia memiliki mukjizat menyembuhkan orang sakit, berjalan di atas air. Horus juga dijuluki sebagai “Sang Cahaya”, “Anak tuhan yang diberkati”, “ Anak domba Tuhan” dlsb. Horus dikhianati oleh salahseorang muridnya; Taifun, lalu disalib hingga mati, namun tiga hari setelahnya bangkit kembali. Jika anda coba mencari gambaran tentang Horus, anda akan menemukan gambar yang penuh, bagaimana Horus digambarkan sebagai manusia berwajah burung dengan ular cobra yang melingkar sebagai lambag bahwa Horus adalah Dewa Matahari. Dalam buku “DILEMA MAYORITAS”, dijelaskan bahwa kelompok zionis Illuminati menandai sebuah negara di bawah pengaruh mereka dengan memberikan lambang Dewa di negara tersebut, dan burung garuda adalah perlambang dari Dewa Horus (?)
- Mithra; Mithra adalah Dewa Matahari yang paling terkenal dari Persia, lahir 1200 tahun sebelum Masehi dari seorang perawan pada tanggal 25 Desember. Mithra mempunyai 12 orang murid dan banyak melakukan keajaiban. Tiga hari setelah kematiannya, dia bangkit kembali. Dan yang paling terkenal untuk menyembah Dewa Mithra itu dilakukan setiap hari Minggu atau sunday (sun = matahari, day = hari). Jadi hari khusus ibadah mereka adalah pada hari Minggu. Demikian cerita tentag Dewa kaum pagan paling terkenal zaman dahulu. Bagaimana cerita mereka kok bisa demikian mirip, bahkan nyaris serupa dengan cerita Yesus sebagi Tuhan orang kristen? Ternyata masih ada lagi Dewa lain yang punya cerita senada, seperti contohnya:
- Attis; Dewa dari Yunani Pirigia, lahir dari seorang perawan pada tanggal 25 Desember 1200 tahun sebelum Masehi. Attis mati disalib dan tiga hari setelahnya bangkit lagi.
- Krishna; Dewa dari India, lahir dari perawan Devaki 900 tahun sebelum Masehi. Kelahirannya Dewa Krisnha ditandai dengan munculnya bintang dari timur, melakukan banyak mukjizat bersama murid-muridnya, dan bangkit lagi setelah kematiannya.
- Dionysus; Dewa dari Yunani, lahir dari seorang perawan pada tanggal 25 Desember 500 tahun sebelum Masehi. Dionysus adalah seorang guru yang banyak melakukan perjalanan serta melakukan banyak mukjizat seperti di antaranya mengubah air menjadi anggur. Dikenal juga dengan julukan “Raja Segala Raja”, “Anak Tuhan” dlsb, dan pastinya, bangkit dari kematian!
Sebenarnya masih banyak lagi Dewa-Dewa Pagan yang apabila diceritakan semuanya di sini akan terasa sangat membosankan, karena tokh inti ceritanya sama saja. Contohnya Osiris dari Mesir, Baachus dari Yunani, Budha Sakia dari India, Salivana dari Bermuda, Odin dari Skadinavia, Indra dari Tibet, Bali dari Afganistan, Jao dari Nepal, Beddru dari Jepang, Gentaut dari Meksiko, Fohi dari Cina, Ixion dari Roma, Prometheus dari Kaukasus dan masih banyak - bet dah - Dewa lain yang punya cerita mirip semua. Sedangkan dari Indonesia; mungkin Dewa 19 kalee, yak?
Pertanyaannya sekarang adalah; Kenapa sama?
Kenapa inti dari semua cerita tentang Dewa-Dewa Pagan tsb bisa sama dengan cerita tentang Yesus? Kenapa dilahirkan oleh perawan? Kenapa tanggal 25 Desember? Kenapa bangkit dari kematian?
Menurut para peneliti, hal itu berkaitan dengan Matahari, Musim, dan hubungan kausal antara keduanya. Pertama masalah kelahiran yang sama, hal ini dikaitkan dengan ilmu perbintangan (Astronomi). Bintang yang muncul disebelah timur adalah bintang Sirius (sirius lho!), bintang paling terang pada malam hari. Pada tanggal 24 Desember Sirius sejajar dengan tiga bintang paling terang lainnya dari gugusan Orion. Tiga bintang tersebut melambangkan tiga Raja yang ditemui pada cerita di atas.
Pada tanggal 25 Desember, keempat bintang tersebut menunjuk ke arah terbitnya Matahari. Itu sebabnya kenapa tiga Raja pun diasosiasikan sedang menunjukkan awal terbitnya Matahari. atau lahirnya seorang juruselamat.
Lalu tentang perawan, atau virgin. Hal ini melambangkan bintang Virgo. Coba perhatikan lambang rasi Virgo. Gambarnya adalah seorang perawan sedang memegang sebatang gandum. Virgo dalam bahasa latin artinya adalah Virgin. Virgo juga bisa diartikan sebagai lumbung roti atau sumber kehidupan. Yesus dilahirkan oleh seorang Virgin dan disebut-sebut pula sebagai sumber kehidupan, bukan?
Yang menarik adalah fenomena yang terjadi pada tanggal 25 Desember, yaitu titik balik Matahari musim dingin (jangan bingung, lumayan dapat pelajaran astronomi gratis). Jika dilihat dari utara, Matahari terlihat makin ke bawah dan ke bawah, sehingga praktis terjadilah yang namanya musim dingin akibat dari kurangnya cahaya Matahari. Oleh orang-orang zaman baheula, proses musim dingin ini dianggap sebagai proses kematian, dianggap sebagai kematian Matahari.
Pada tanggal 22 Desember Matahari “mati” sepenuhnya. Dan hal yang sungguh menarik adalah Matahari berhenti bergerak ke selatan selama tiga hari (22,23,24) dan selama tiga hari "mandeg" itu matahari berada di “salib selatan” atau gugusan bintang Crux. Namanya juga salib, ya, bentuk bintangnya seperti itu. Setelahnya, yaitu pada tanggal 25 Desember, matahari bergerak 1 derajat ke utara. Ini berarti membawa musim semi, kehidupan baru.
Itu sebabnya kenapa dalam cerita-cerita di atas, para Dewa itu diasosiasikan dengan Matahari yang mati (tenggelam) selama tiga hari lalu bangkit (terbit) kembali. Tetapi masyarakat dulu tidak akan merayakan kebangkitan matahari hingga tiba saatnya terjadi titik balik Matahari musim semi, yaitu saat paskah yang melambangkan Matahari telah mengalahkan kegelapan (diasosiasikan sebagai kejahatan) secara sempurna.
Itu baru masalah kelahiran, kematian dan kebangkitan dari kematian. Lalu, kenapa harus mempunyai 12 murid? 12 murid adalah simbol dari 12 rasi bintang zodiak, di mana Yesus dan sekian banyak Dewa seoperti tsb di atas digambarkan sebagai Mataharinya (jadi, mereka yang suka baca dan percaya pada ramalan zodiak termasuk orang pagan).
Bagaimana dengan Trinitas?
Kedudukan Yesus yang dinobatkan menjadi bagian dari Trinitas dalam kekristenan (Bapa, Putra, dan Roh Kudus), sesungguhnya sudah lebih dulu ada dan dikenal baik dalam cerita-cerita para Dewa Pagan. Mithra adalah Oknum dari Tridewa (Mithra, Ahirman, Ohrzmad), Osiris Juga Oknum dari Tridewa (Osiris, Isis, Horus), Baachus juga Oknum dari Tridewa (Baachus, Apolos, Yupiter).
Penebusan dosa?
Sama nasibnya seperti Yesus; Dewa Mithra, Dewa Osiris, dan Dewa Baachus juga sama-sama ditakdirkan (oleh pemujanya) untuk mati konyol guna menebus dosa umat manusia.
Sampai di sini, mudah-mudahan anda, dan semua kroni pendukung upaya anda yang coba mendiskreditkan Islam dengan isu-isu Hinduisme tidak lantas mendadak linglung berjamaah dihadapkan pada kenyataan di atas, karena tokh sudah sejak lama kita sama-sama tahu bahwa anda sekalian adalah orang-orang pinter (pinter ngeles, pinter bohong, dan pinter kabur tiap kali kepepet).
Jadi, pesan moralnya adalah; coba mengait-ngaitkan Islam dengan Hindu sebenarnya merupakan aksi bunuh diri, sebab yang terjadi justru membuka aib sendiri! Anda coba menyamakan Islam dengan Hindu, eh, ternyata Kristen bukan hanya sama dengan Hindu, tapi sama persis hampir dengan semua keyakinan Pagan yang pernah ada di seluruh muka bumi ini!
Sungguh mengenaskan! ~ Bersambung
Wallahu’alam bisyawwab.
0 Komentar