بِسْمِا اللَّهِ لرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Berdasar tulisan dari sumber pertama di sini, lalu diogoreng-goreng pakai micin dan kecap Indonesia untuk kemudian disajikan antara lain di sini, para antek FFI pun kemudian berkoar-koar begini: 
Quote:
Di dalam Ka’bah terdapat sebuah inskripsi yg merujuk kepada raja Vikramaditya yang menyatakan bahwa jazirah Arab dulu merupakan bagian dari Kerajaan Vikramaditya dari India.

Teks inskripsi Vikramaditya yg ditemukan dlm piring emas yg digantung didalam kuil Kabah di Mekah ini, dicatat pada halaman 315 dari buku yg berjudul ‘Sayar-ul-Okul’ (kata-kata berkesan) yg disimpan dalam perpustakaan Makhtab-e-Sultania di Istanbul, Turki. Sebagian manuskrip tersebut berbunyi sebagai berikut;

‘Itrashaphai Santu Ibikramatul Phahalameen Karimun Yartapheeha Wayosassaru Bihillahaya Samaini ElaYundan blabin Kajan blnaya khtoryaha sadunya kanateph netephi bejehalin Atadari bilamasa-rateen phakef tasabuhu kaunnieja majekaralhada walador. As hmiman burukankad toluho watastaru hihila Yakajibaymana balay kulk amarena phaneya jaunabilamary Bikramatum. Motakabberen Sihillaha Yuhee Quid min howa Yapakhara phajjal asari nahone osirom bayjayhalem’ (Halaman 315 Sayar-ul-okul).
Yang artinya;
"Beruntunglah mereka yg lahir (dan hidup) selama kuasa raja Vikram. Ia seorang penguasa penuh kasih, terhormat dan berbakti pada penduduknya. Namun pada saat itu, kami Arab, tidak peduli pada Tuhan, tenggelam dalam kenikmatan sensual. Komplotan dan penyiksaan merajalela. Kami, Arab, terjerat dalam kegelapan (jahiliyah) namun pendidikan yang disebar raja Vikramaditya tidak mencampakkan kami, orang-orang asing.Ia menyebarkan agama sucinya diantara kami dan mengirimkan ahli-ahli yang kepintarannya bersinar seperti matahari dari negaranya ke negara kami."

TANGGAPAN
Ditinjau dari perspektif keilmuan mana pun, sangat mustahil Ka’bah didirikan oleh Raja Vikramaditya, karena dalam legendanya, Raja tersebut berkuasa pada awal abad pertama Masehi (sejaman dengan Nabi Isa As). Bagaimana mungkin Ka’bah yang dipugar (dibangun kembali) oleh Nabi Ibrahim As dan putranya; Nabi Ismail As, sekitar 19 abad sebelum Raja Vikramaditya sendiri lahir ini didirikan pada masa pemerintahan sang Raja? Di Ka’bah sendiri sudah jelas terpajang Maqam (bekas telapak kaki) Nabi Ibrahim yang membuktikan bahwa pada masa hidupnya dulu (1997SM s/d 1822SM) beliau pernah berada di Kabah, Mekkah. 

Jadi, daripada berandai-andai meributkan teori berbasis spekulasi, cara mudah untuk membuktikan secara Ilmiah kebenaran cerita di atas  - supaya kita semua jadi sama-sama melek sejarah - kenapa tidak dilakukan saja Pengujian C-14 atau Carbon Dating atas bangunan Ka’bah. Simpel tokh?

OK! Selanjutnya tuduhan-tuduhan tsb akan kita tanggapi paragrap-per-paragrap seperti berikut: 
Quote:
Ciri terpenting dari praktek pemujaan Dewa Siva adalah adanya Lingga yang biasanya berbentuk batu hitam yang lonjong dan Yoni sebagai alasnya. Batu Hajar Al-Aswat yang disentuh dan dicium saat menunaikan ibadah haji angat sesuai dengan bentuk lingga Siva, apakah berarti batu itu awalnya adalah sebuah lingga?

Quote:
Raja Vikramaditya memang terkenal penyembah Siwa. Di Ujjain (India), ibukota Vikramaditya, ada kuil dewa Siva yang terkenal Mahankal, yg diasosiasikan dengan Vikramaditya. Karena menurut manuskrip Vikramaditya, dialah yang menyebarkan agama Hindu.

Dengan demikian apakah bukti ini dapat menyimpulkan bahwa raja Vikramaditya adalah pendiri kuil Siva yang sekarang disebut Ka’bah di Mekah?

TANGGAPAN
Saya menilai penulis sama sekali tidak paham konsep dan sejarah perkembangan keyakinan umat Hindu, terutama Hindu Shiva. Pada masa Hindu generasi awal (Veda), yang disembah bukan Dewa Shiva, melainkan Bathara Indra. Indra adalah Raja Para Dewa. Waktu itu Shiva masih bernama Rudra, Dewa ecek-ecek! Beberapa abad kemudian, saat Hindu sudah mulai membumi di India, barulah muncul konsep Tiga Dewa, yakni Brahma, Shiva, dan Visnu. Shiva yang paling banyak disembah karena paling kejam dan paling telengas, dengan harapan agar Rudra (yang kemudian berganti nama menjadi Shiva ini) merasa senang, menjadi lebih lembut, dan tidak lagi mengumbar bencana di sana sini. Lambang dari Shiva adalah Lingga. Lalu, bagaimana Hajar Aswad dan Ka’bah bisa dikaitkan dengan kuil Shiva?
Quote:
Kenyataan lain yang juga perlu digaris bawahi adalah bahwasanya di India, Dewa Siva sangat diidentikkan dengan simbol bulan sabit yang terdapat pada ikat rambut beliau. Dan saat ini lambang bulan sabit juga digunakan untuk lambang Islam, apakah itu artinya Islam lahir dari warisan pemuja Siva?

TANGGAPAN
Anda hanya mengambil sebagian dari tanda-tanda yang dimiliki Shiva. Memang benar salahsatu ciri khas Shiva adalah memiliki tattoo bulan Sabit (mengarah ke atas) di dahinya, tapi itu hanya sebagian, sebab selengkapnya adalah bulan sabit dan tengkorak yang dikenal dengan sebutan Ardha Chandra Kapala.

Lantas, adakah ciri khas dalam Islam yang menyerupai tengkorak? Kok ga ada ya? Jika benar Islam menyontek ciri Dewa Shiva, seharusnya tengkoraknya dicontek juga dong, bukan hanya lambang bulan sabitnya doang. Masa nyontek cuma setengah-setengah? 

Tahukah anda darimana sebenarnya lambang bulan sabit dalam tradisi Islam itu berasal?

ASAL MULA LAMBANG BULAN SABIT
Khilafah ini adalah warisan terakhir kejayaan umat Islam. Memiliki luas wilayah yang membentang dari ujung barat sampai ujung timur dunia. Wilayahnya mencakup tiga benua besar dunia, Afrika-Eropa dan Asia. Ibukotanya adalah kota yang sejak 1400 tahun yang lalu telah dijanjikan oleh Rasulullah SAW sebagai kota yang akan jatuh ke tangan umat Islam.

Rasulullah bersabda, 
“Qonstantinopel akan kalian bebaskan. Pasukan yang mampu membebaskannya adalah pasukan yang sangat kuat. Dan panglima yang membebaskannya adalah panglima yang sangat kuat..”

Berabad-abad lamanya umat Islam memimpikan realisasi kabar gembira Rasulullah itu. Namun sejak zaman Khilafah Rasyidah, Khilafah Bani Umayah hingga Khilafah Bani Abbasiyah, kabar gembira itu tidak pernah juga terealisasi. Memang sebagian Eropa sudah jatuh ke tangan Islam, yaitu wilayah Spanyol dengan kota-kotanya antara lain: Cordova, Seville, Granda dan seterusnya. Namun jantung Eropa belum pernah jatuh secara serius ke tangan Islam. Barulah ketika Sultan Muhammad II yang lebih dikenal dengan Sultan Muhammad Al-Fatih menjadi panglima, jatuhlah kota yang pernah menjadi ibu kota Eropa itu. Lewat pertempuran yang sangat dahsyat dengan menggunakan senjata paling modern di kala itu, yaitu CANON atau meriam yang sangat besar dan suaranya memekakkan telinga, Muhammad Al-Fatih berhasil menjatuhkan kota konstantininopel itu dan menjadikannya sebagai ibu kota Khilafah Turki Utsmani. Serta menjadikannya pusat peradaban Islam.

Wilayahnya adalah tiga benua dengan semua peradaban yang ada di dalamnya. Saat itu bulan sabit digunakan untuk melambangkan posisi tiga benua itu. Ujung yang satu menunjukkan benua Asia yang ada di Timur, ujung lainnya mewakili Afrika yang ada di bagian lain dan di tengahnya adalah Benua Eropa. Sedangkan lambang bintang menunjukkan posisi ibu kota yang kemudian diberi nama Istambul yang bermakna: Kota Islam.

Bendera bulan sabit ini adalah bendera resmi umat Islam saat itu, karena seluruh wilayah dunia Islam berada di bahwa satu naungan khilafah Islamiyah.
Quote:
PATUNG DEWA- DEWI
Menurut Encyclopaedia Britannica, kotak Ka’abah memiliki 360 patung. Tradisi mengatakan, ketika tempat itu diserang, salah satu dewa didalamnya adalah dewa Saturnus; satunya lagi adalah Dewa Bulan dan ada lagi yang disebut Allah.

Ini bukti bahwa orang-orang Arab jaman pra-Islam itu memuja 9 planet. Di India, praktek puja Navagraha’, yaitu praktek pemujaan bagi ke 9 planet, termasuk Saturnus dan Bulan masih eksis sampai sekarang.

Di India, bulan sabit selalu digambarkan di atas lambang Dewa Siwa. Karena itulah, lambang Siwa dalam Ka’bah juga menjadi lambang bendera Islam.

TANGGAPAN
Bangsa Arab di masa paganismenya diketahui menyembah 360 berhala yang diletakkan di dalam dan di sekeliling Ka’bah. Tapi mereka tidak pernah menyembah Ka’bah atau menyembah batu hitam (Hajar Aswad), atau sekaligus menyembah keduanya. Yang mereka sembah adalah patung-patung yang mereka bentuk sendiri menyerupai sosok-sosok orang suci, atau Dewa dalam keyakinan mereka. Tapi apakah dengan demikian mereka beragama Hindu? Jika iya, tolong tunjukan bukti sejarah bahwa kafir Quraisy pernah beragama Hindu!

Masa pra Al-Quran mayoritas masyarakat Arab di sekitar Ka’bah/Mekah adalah kaum pagan. Banyak berhala yang mereka letakkan di sekeliling Ka’bah termasuk Hajar Aswad. Boleh jadi masyarakat Arab saat itu mengira sudah mengikuti ajaran Ibrahim As saat menciumnya (padahal hanya mencium) tetapi mereka terlalu jauh dalam menafsirkan antara “cium” dengan “sembah”.

Dan yang paling penting untuk dicatat adalah, bahwa ketika Nabi Ismail As dan ibundanya; Hagar mulai bermukim di sana, Mekkah merupakan kawasan tidak berpenduduk dan sangat tandus. Orang-orang baru mulai berdatangan setelah munculnya "mukjizat" sumur Zam-Zam. Jadi, darimana asalnya tuduhan bahwa Islam menncotek paganisme Hindu? Memangnya kapan Hindu datang ke Arab?

Butuh berapa lamakah dari masa sepeninggal Nabi Ismail As hingga dihancurkannya berhala-berhala di sekitar Ka’bah pada peristiwa Fathu Mekkah?

Tantangan pembuktian terbalik buat para penuduh;  Jika benar Ka'bah adalah Kuil Hindu dan berhala-berhalanya sama dengan Dewa-Dewa Hindu, tolong sebutkan siapa sajakah nama Dewa-Dewa Hindu tsb? Selanjutnya tuliskan juga nama-nama 360 berhala kaum Quraisy yang pernah ada di sekitar Ka'bah untuk sama-sama kita akurkan; apakah nama-nama mereka sama - setidaknya mirip - antara satu sama lain? Yang kita perlukan di sini adalah bukti, bukan klaim asal mangap!

Selanjutnya para kafir coba "mengotak-atik gathuk" Hindu dengan Islam berdasarkan asumsi bahwa Islam:
Quote:
  1. Menjadikan Dewa Bulan, Allah dari Agama Hindu sebagai Tuhan dalam Islam, 
  2. Menjadikan Kuil Hindu Dewa Shiva Ka'bah sebagai tempat tersuci dalam Islam, 
  3. Menjadikan batu hitam Hajar Aswad sebagai batu tersuci dalam Islam dan menentukan sunnah Nabi untuk menyentuh dan menciumnya.

TANGGAPAN
  1. Jawaban untuk asumsi pertama; Fitnah basi! Baca saja bantahan lengkapnya di sini 
  2. Jawaban untuk asumsi kedua; sebenarnya apa sih fungsi Ka'bah dalam Islam? 
Allah menjelaskannya begini:
“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan” (QS. Al-Baqarah:144).

Jadi, Ka’bah hanya kiblat - atau penentu arah shalat - bagi umat Islam. Sama halnya dengan fungsi Bait Suci di Jerusalem bagi umat Yahudi dari dulu hingga hari ini.
  
Tidak pernah ada tuh perintah dari Allah untuk menyembah Ka'bah, dan tidak ada pula yang namanya Dewa Shiva di mana pun dalam Al-Quran! Jika ada, mungkin saja sejak dulu umat Islam sudah rame-rame murtad berjamaah! Tapi faktanya terbalik - justru setiap tahun jutaan umat non-Islam di seluruh muka bumi ini yang memilih jadi Muallaf, alias secara sukarela masuk Islam!

Lagipula jika anda masih bertegang tengkuk mengklaim Ka’bah adalah Kuil Hindu dan umat Islam menyembah berhala (Hajar Aswad) yang menjadi bagian dari bangunan Ka'bah, faktanya sejak dulu hingga hari ini tidak ada satu Muslimpun yang menyembah Hajar Aswad! Semua Muslim tau bahwa Ka’bah hanya kiblat, arah shalat dan tempat ibadah, sedangkan Hajar Aswad sendiri cuma batu yang tidak dapat mendatangkan mudharat apalagi manfaat. Saya sebagai Muslimah berani bicara seperti ini  karena memang begitulah kenyataannya.

Jika Hajar Aswad  adalah Tuhan, atau representatif Tuhan, tentu saja saya akan takut setengah mati terkena adzab sebagai konsekuensi dari ngomong seenaknya tentang Hajar Asawad!

3. Jawaban untuk asumsi ketiga: Mencium Hajar Aswad hanya bentuk penghormatan karena batu itu dipercayai berasal dari Sorga. Tapi tidak ada seorang Muslim pun di seluruh muka bumi ini yang menganggapnya sebagai Tuhan seperti konsep ketuhanan dalam Hindu yang merepresentasikan sesembahan mereka dalam bentuk patung, atau objek-objek lain yang menyerupainya.

Berikut adalah bukti bahwa umat Islam tidak menuhankan, apalagi menyembah Hajar Aswad:
  • Jika berada dalam suatu tempat yang tidak diketahui arah mata anginnya, atau sedang duduk di dalam kendaraan yang jalannya berkelok-kelok, maka umat Islam boleh melakukan shalat dengan menghadap ke arah mana saja. Allah berfirman:
“Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka ke mana pun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui” (QS. Al-Baqarah 115).
  • Tahun 930 sampai 951, atau selama 21 tahun Hajar Aswad pernah hilang dicuri dan disembunyikan oleh kaum Syi’ah golongan Ismailiyah Qarmathi. Apakah dengan hilangnya batu itu lantas umat Islam heboh dan tidak lagi melaksanakan shalat karena Hajar Aswad sudah tidak ada? Meski Hajar Aswad pernah hilang, namun selama 21 tahun itu umat Islam tidak pernah libur shalat. Seandainya umat Islam shalat untuk menyembah Hajar Aswad, maka selama 21 tahun itu trentu saja mereka libur shalat. Tapi nyatanya tidak. Umat Islam tetap shalat menghadap kiblat, terlepas ada atau tidaknya Hajar Aswad di Ka'bah, sebab esensi shalat umat Islam adalah mematuhi perintah Allah, bukan menghadap dan menyembah batu!
  • Setelah Hajar Aswad berhasil ditemukan kembali, batu itu sudah tidak utuh lagi. Ada pecahan di sana sini, sehingga volumenya sudah berkurang. Dan batu hitam yang ada sampai sekarang pun itu sudah paduan antara batu hitam yang asli dengan yang imitasi. Apakah umat Islam heboh karena itu? Jawabnya: Tidak pernah! Sebab Tuhan yang disembah oleh umat Islam itu bukanlah batu tetapi Allah SWT. Batu boleh rusak dan hilang, tetapi Allah tetap ada dan kekal sampai selama-lamanya. Inilah bukti bahwa Allah bukan batu, dan batu tidak sama dengan Allah.
  • Dahulu pada masa Rasulullah SAW, para shahabat kerap naik dan berdiri di atas Ka’bah ketika mengumandangkan azan (panggilan shalat). Mereka melakukan itu lima kali sehari. Rasulullah tak pernah menegur maupun melarangnya. Jika Ka’bah adalah Tuhan yang disembah oleh umat Islam, mana mungkin para shahabat ketika itu berani menginjak-injak Tuhannya sendiri?
  • Sampai saat ini, para petugas kerajaan Saudi juga naik dan berdiri di atas Ka’bah tiap kali mengganti Kisywah (kain kelambu penutup Ka’bah). Ini juga bukti nyata bahwa sampai saat ini dan sampai kapan pun tak seorang Muslim pun yang menyembah Ka’bah. Andai kata mereka menganggap Ka’bah sebagai tuhan yang disembah, mana mungkin mereka berani naik, atau membiarkan orang lain naik dan menginjak-injak Ka’bah?
  • Ketika Thawaf dengan menunggang seekor unta, Rasulullah SAW pernah tidak mencium Hajar Aswad, melainkan menyentuhnya dengan ujung tongkat beliau. [HR. Bukhari juz 2 nomor 677]. Jika semasa hidupnya Nabi Mughammad SAW menuhankan Hajar Aswad, mana mungkin beliau berani menyentuh Tuhannya dengan sebuah tongkat sambil duduk di atas unta? Teladan Nabi ini membuktikan bahwa beliau tidak menyembah Hajar Aswad.
Umat Islam menghadap ka’bah setiap kali melaksanakan shalat bukan berarti menyembah ka’bah. Hal itu dilakukan semata-mata karena mememnuhi tata-laksana ibadah yang diperintahkan oleh Allah (QS. Al-Baqarah:144). Jadi, esensi kiblat bagi umat Islam, khususnya dalam melaksanakan shalat, bukan karena batu hitam, melainkan semata-mata karena ketundukan dan kepatuhan pada perintah Allah.

Ketundukan ini pula yang telah ditunjukkan oleh shahabat Umar Ra ketika melaksanakan ibadah haji. Dalam sebuah hadits shahih dikisahkan beliau datang mendekati Hajar Aswad (batu hitam) lalu menciumnya sambil berkata:

“Sesungguhnya aku tahu bahwa engkau ini batu yang tidak memberikan mudharat dan tidak pula mendatangkan manfaat. Jika aku tidak melihat Rasulullah menciummu, maka aku tidak akan menciummu pula” [HR Bukhari, dari Abis bin Rabi’ah Ra].

Nah, tidakkah terlihat jelas bahwa fitnah yang coba mengaitkan Ka'bah, Hajar Aswad, dan Hindusime dengan ibadah umat Islam sejatinya cuma hasil ngarang bebas, alias produk asal mangap doang?  

Tetapi tokh ngarang bebas tetap diteruskan dengan klaim selanjutnya:
Quote:
5. Islam menganut ziarah umat Hindu dengan melaksanakan ibadah Haji dan Umroh sebagai ibadah tertinggi,
6. Menggunduli kepala sama seperti yang dilakukan umat Hindu pada saat ziarah

TANGGAPAN
Ini menarik, sekaligus lucu! Jika memang benar ibadah Haji, ibadah Umroh dan menggunduli kepala dalam kedua ibadah Islam tsb sama dengan ritual ziarah Hindu, coba tolong jelaskan bagaimana detilnya rukun ibadah Haji, rukun ibadah Umroh dan alasan mengapa harus mencukur rambut (bukan menggunduli) kepala dalam kedua ibadah tsb? Selanjutnya tolong jelaskan pula bagaimana detilnya ibadah yang sama, bila memang benar dilaksanakan oleh umat Hindu. Tapi ingat, sertakan dalil yang jelas dari Al-Quran, Hadits, dan dari kitab Weda. Lalu, mari sama-sama kita bandingkan untuk mengetahui di mana letak persamaannya. 

Mau klaim Islam begini atau begitu sebenarnya sah-sah saja sepanjang alasannya dapat dipertanggungjawabkan. Jadi, buktikan saja kebenaran klaim anda. Jangan cuma asal mangap doang dong! Kita sudah bosan banget nih!

Eh, masih lanjut? ~ Bersambung