Apakah Muslim membenci semua non-Muslim yang dalam ajaran Islam disebut Kafir?
Jawabnya; "TIDAK!"
Allah tidak pernah memerintah umat Islam untuk membenci orang Kafir. Oleh karena itu, di seluruh muka bumi ini tidak ada seorang Muslim pun yang dibenarkan untuk membenci orang Kafir semata-mata hanya karena mereka Kafir. Orang-orang Kafir yang wajib diperangi (bukan dibenci) adalah mereka yang - baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi - memusuhi Islam melalui berbagai cara, sesuai dengan firman Allah;
"Perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kalian, tetapi janganlah kalian melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas." (QS. Al-Baqarah: 190)
Pada hakekatnya orang-orang Kafir bukan musuh umat Islam, namun apabila tindakan mereka sampai pada taraf yang patut dianggap sebagai mencederai kehormatan atau simbol-simbol sakral Islam, maka pada tingkatan itulah mereka menjadi wajib untuk diperangi, namum secara adil. Artinya, memerangi orang-orang dalam kelompok ini harus tetap dalam koridor "mata ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti tangan, kaki ganti kaki" dan hal-hal lain yang menyerupai itu. Jadi, hanya Kafir yang memusuhi Islam lah yang dianggap sebagai musuh Islam. Sedangkan Kafir yang tidak memusuhi Islam tentu saja tidak termasuk dalam kelompok ini.
Allah berfirman,
"Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil." (QS. Al-Mumtahanah: 8)
Ayat ini sangat jelas merupakan perintah kepada setiap Muslim agar senantiasa berbuat baik dan adil terhadap sesama, sekalipun dia adalah orang-orang kafir. Sedangkan mengenai perintah Allah ini, dalam salahsatu hadits, Rasulullah SAW menjelaskan,
“…dan pergaulilah manusia dengan ahlak yang baik.” [HR. Ahmad, Tirmidzi, Dharimi].
Dalam hadits ini Nabi Muhammad SAW tidak mengatakan “ .. pergaulilah umat Islam atau kaum Muslimin”, melainkan “pergaulilah manusia .. ” yang secara eksplisit memerintah umat Islam untuk bergaul dengan sesama tanpa membeda-bedakan golongan, agama, dan ras dalam artian sebagai sesama makhluk Allah. Tidak hanya sebatas itu, bahkan beliau menekankan; "dengan akhlak yang baik!" Kenapa? Karena memang demikianlah perintah Allah kepada setiap Muslim sebagai pengemban dan pemelihara amanat langit; Islam adalah Rahmatan Lil alamin.
Dalam beberapa hadits, Nabi Muhammad SAW wanti-wanti berpesan kepada umat Islam agar selalu bersikap baik dan adil terhadap orang-orang Kafir. Bahkan beliau memperingatkan siapa pun dari umatnya yang berperilaku buruk terhadap orang-orang Kafir maka dia akan menjadi musuh beliau! Peringatan Rasulullah SAW tersebut dicatat dalam sejumlah hadits, dan beberapa di antaranya adalah:
“Barangsiapa yang mengganggu seorang kafir dzimmi maka aku yang menjadi lawannya nanti pada hari kiamat!” [HR. Al Khathib dalam At Tarikh dari Ibnu Mas'ud radhiallahu 'anhu dengan sanad shahih]
Hanya mengganggu kafir dzimmi saja ancamannya sudah sedemikian dahsyat. Apalagi sampai membunuh mereka? Muslim mana yang berani berhadapan dengan Rasulullah SAW sebagai lawan beliau di hari kiamat nanti - sementara umat para nabi terdahulu berbondong-bondong memohon keselamatan melalui syafaat beliau? Naudzubillah!
Hadits lainnya,
“Barangsiapa yang membunuh seorang kafir mu’ahad maka dia tidak akan mencium wangi al Jannah (padahal) sesungguhnya wangi al Jannah itu dapat (tercium) sejauh perjalanan selama 40 tahun.” [HR. Al Bukhari 3166, 6914; An Nasaa-i 4764; Ibnu Majah 2736; Ahmad V/36]
Ancaman ini tidak hanya sebatas bahwa pelakunya tidak akan mencium wangi al jannah atau sorga saja, tapi dengan jelas menyiratkan arti bahwa pelakunya tidak akan pernah masuk sorga! Bagaimana mungkin berharap akan masuk sorga jika mencium wanginya saja sudah ditegaskan sebagai hal yang mustahil?
Lalu, siapakah sebenarnya yang dimaksud sebagai kafir dzimmi dan kafir mu'ahad dalam hadits di atas? Lihat penjelasannya di sini.
Di samping itu, Allah juga mewajibkan umat Islam untuk memberikan perlindungan kepada orang-orang Kafir jika mereka memintanya:
“…dan jika salah seorang dari kaum musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ke tempat yang aman baginya” (QS. At-Taubah: 6)
Sampai di sini, timbul pertanyaan: lalu bagaimana dengan "ayat-ayat perang" dalam Al-Quran yang bertolak belakang dengan penjelasan di atas?
Mengenai ini, perlu digarisbawahi bahwa perang dalam ajaran Islam bukan sesuatu yang boleh dilakukan tanpa sebab yang dapat dibenarkan, dan jika terpaksa harus dilakukan sekalipun, maka tidak boleh melampaui batas-batas yang sudah ditetapkan oleh Allah. Perhatikan lagi firman-Nya:
"Perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kalian, tetapi janganlah kalian melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas." (QS. Al-Baqarah: 190)
Kendati Allah mengijinkan umat Islam untuk berperang (dalam posisi defensif), tapi sesungguhnya Allah lebih menyukai upaya-upaya perdamaian sebagai ganti perang, agar masing-masing pihak dapat saling mengenal lebih baik.
Allah berfirman,
"Mereka ingin agar kalian menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, sehingga kalian menjadi sama (dengan mereka). Janganlah kalian jadikan dari antara mereka sebagai teman-teman(mu), sebelum mereka berpindah pada jalan Allah. Kecuali orang-orang yang meminta perlindungan kepada sesuatu kaum, yang antara kalian dan kaum itu telah ada perjanjian (damai) atau orang-orang yang datang kepadamu sedang hati mereka merasa keberatan untuk memerangimu dan memerangi kaumnya. Kalau Allah menghendaki, tentu Dia (Allah) memberi kekuasaan kepada mereka terhadap kalian, lalu pastilah mereka memerangimu. tetapi jika mereka membiarkanmu, dan tidak memerangimu serta mengemukakan perdamaian kepadamu maka Allah tidak memberi jalan bagimu (untuk menawan dan membunuh) mereka." (QS. An-Nisa: 89-90)
"Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kalian saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa." (QS. Al-Hujurat: 13)
Ketiga firman Allah di atas sesungguhnya sarat dengan pesan:
- Jangan menjadi Kafir,
- Perang diijinkan bila memang terbukti umat Islam dalam posisi "didzalimi",
- Jika harus terjadi perang, dilarang melampaui batas - Lihat Etika Perang Dalam Islam,
- Sekalipun sedang berperang, bila musuh menawarkan perdamaian, maka berdamailah,
- Allah tidak menciptakan manusia untuk saling memusuhi, namun untuk saling mengenal,
- Orang yang dimuliakan Allah adalah mereka yang taat pada hukum-hukum Allah.
Perhatikanlah bahwa dalam ayat-ayat di atas ada pesan penting, "agar kalian saling mengenal." Artinya bukan agar saling musuh-memusuhi, saling bunuh membunuh, atau saling jajah-menjajah. Tapi justru sebaliknya, umat Islam diperintah untuk bergaul secara baik dengan orang-orang yang memilih hidup secara damai bersamanya dengan mengedepankan akhlak yang baik pula.
Selain itu, dalam situasi apa pun, baik ketika berperang apalagi jika berdamai, Allah melarang keras umat Islam merendahkan sesembahan umat lain sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya;
"Dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa dasar pengetahuan. Demikianlah, Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka." (QS. Al-An’am: 108)
Jadi pemikiran sebagian orang bahwa Islam menghalalkan pembunuhan atas non-Muslim sesungguhnya sangat keliru, apalagi jika dilatarbelakangi dengan asumsi karena ajaran Islam mendorong umatnya untuk membenci Kafir!
Tuduhan-tuduhan seperti ini sebetulnya sudah basi, karena sudah sejak lama selalu ditebarkan ke ruang-ruang publik oleh para Misionaris (dan suporternya) yang mengira diri mereka adalah "pelaku firman" sejati. Tujuan utamanya adalah:
1. Menebarkan stigma buruk tentang Islam,
2. Mempengaruhi pembaca agar ikut "sesat pikir" seperti mereka lalu membenci Islam,
3. Mempengaruhi Muslim awam agar meragukan kebenaran Islam yang diimaninya.
Padahal sejak jaman Nabi Musa AS, Allah sudah mengingatkan setiap orang yang beriman kepada Allah dan hari pembalasan: JANGAN MEMBUNUH!
Firman Allah,
"Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi." (QS. Al-Maidah: 32)."Dan barangsiapa membunuh seorang yang beriman dengan sengaja, maka balasannya ialah neraka Jahanam, dia kekal di dalamnya. Allah murka kepadanya, dan melaknatnya serta menyediakan azab yang besar baginya." (QS. An-Nisa: 93)
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi siapapun yang membacanya, dan saya ucapkan terima kasih sudah membacanya.
Wallahu a’lam Bisyawwab.
0 Komentar