Bismillahirrohmanirrohim.

Seorang Kafir mengutip dari forum Murtadin Kafirun sbb:
Quote:
Mengenai sejarah AMINAH, Ibu Muhammad Aminah adalah keponakan perempuan Soda Bint Zehra, pendeta jin di Mekah. Kita melihat bahwa alasan Abdel Mutaleb mengambil Aminah sebagai istri bagi Abdullah adalah karena tantenya Soda Bint Zehra.[15]

Muhammad diketahui menderita kerasukan sejak masa kanak2nya karena Aminah, ibunya, melakukan rukhieh atasnya atau guna2.[16] Dalam rukhieh seorang kahen membawa roh jin (yang berhubungan dengan si kahen) kepada seseorang. Seabgai keponakan Soda Bint Zehra, Aminah mampu melakukan ritual okultis terhadap Muhammad. Hanya Kuhhan jazirah Arab yang dapat melakukan ‘rukhieh’ yang tepat, sebuah praktek perdukunan yang mengindikasikan bahwa ibu Muhammad telah bergabung dengan jajaran Kuhhan jazirah Arab setelah tantenya meninggal dunia.

Anak2 atas siapa suatu “rukhieh” dilakukan menderita berbagai tanda seperti : kesurupan dan kejang2. Sejak masa kanak2nya, Muhammad menderita berbagai gejala yang identik ini. Al-Halabi, seorang penulis biografi Muhammad, menyebutkan bahwa Muhammed menderita kejang2 sejak dia berumur satu tahun.[17] Sahih Al-Bukhari, melaporkan suatu peristiwa di mana Muhammad muda kesurupan sebelum ia mengklaim menerima Quran.[18] Literatur Islam lainnya, seperti Halabieh, menyatakan bahwa Muhammad biasanya berada dalam kondisi koma sebelum ia menuliskan Quran, yang mana secara jelas mengungkapkan keterlibatan langsungnya dengan para Kuhhan. Ketika dia mulai menerima Quran dia jatuh koma.[19] Para antropologis percaya bahwa kependetaan yang melayani setan diteruskan dari individu yang satu ke individu lainnya dalam keluarga yang sama -- lebih mencengangkan, lihat di sini.

Pantas Muhammad sering seperti orang Ayan pada waktu menerima apa yang disebut oleh orang Islam itu wahyu dari Allah SWT. Ternyata dia sudah terbiasa kerasukan.


TANGGAPAN
Sungguh sebuah cerita luar biasa aneh bin ajaib yang dipaksakan, yang menunjukkan betapa kuatnya dorongan nafsu dari kombinasi sempurna antara kebencian dan ketololan si penggugat yang asal copas tanpa mempertimbangkan rasional atau tidaknya tuduhan tersebut. Si penuduh sama sekali tidak mengerti ilmu kedokteran tapi luar biasa berani bicara sembarangan tentang penyakit epilepsi.

Pada saat Nabi menerima wahyu, dalam beberapa cara penurunan diriwatkan bahwa Nabi terlihat Nabi menggigil kedinginan, dan keringatnya bercucuran. Keadaan Nabi yang demikian itulah yang digunakan oleh kafir untuk membuat kesimpulan bahwa Nabi menderita penyakit ayan. 
Gejala-gejala demikian itu tampak padanya ketika beliau tidak sadarkan diri, keringatnya mengucur disertai kejang-kejang dan busa yang keluar dari mulutnya. Apabila ia sudah sadar kembali, ia lalu membacakan apa yang dikatakannya wahyu Tuhan kepadanya itu – kepada orang-orang yang mempercayainya. Padahal yang dikatakan wahyu itu tidak lain daripada akibat serangan­-serangan ayat tersebut.
Menggambarkan apa yang terjadi Nabi Muhammad pada waktu datangnya wahyu dengan cara yang demikian itu, dari segi ilmiah samasekali salah. Serangan penyakit ayan tidak akan meninggalkan sesuatu bekas yang dapat diingat oleh si penderita selama masa terjadinya itu. Bahkan sesudah beliau sadar kembali pun samasekali dia lupa apa yang telah terjadi selama itu. Dia tidak ingat apa-apa lagi, apa yang terjadi dan apa yang dilakukannya selama itu. Sebabnya ialah, segala pekerjaan saraf dan pikirannya sudah menjadi lumpuh total. Inilah gejala-gejala ayan yang dibuktikan oleh ilmu pengetahuan. Jadi bukan yang dialami Nabi Muhammad selama menerima wahyu. Bahkan selama itu inteleknya sedang dalam puncak kesadarannya. Dengan sangat teliti sekali beliau ingat semua yang diterimanya dan sesudah itu dibacakannya kembali kepada sahabat-sahabatnya.

Dengan kesadaran rohani yang sebesar itu, samasekali tidak dibarengi oleh ketidaksadaran jasmani. Bahkan sebaliknya yang terjadi, pada waktu itu Nabi sedang dalam puncak kesadarannya yang biasa.

Jadi ilmu pengetahuan dalam hal ini membantah bahwa Nabi Muhammad dihinggapi penyakit ayan. Mereka mengatakan begitu bukan karena ingin mencari kebenaran, melainkan menuruti asumsi dengan tujuan merendahkan martabat Nabi di mata segolongan kaum Muslimin. Ataukah dengan kata-kata itu mereka mengira bahwa mereka telah menyebarkan keragu-raguan atas wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad (lihat pembahasan al-Quran), sebab turunnya wahyu itu – menurut asumsi mereka – ketika beliau sedang mendapat serangan ayan? Kalau memang begitu, ini adalah suatu kesalahan besar pada mereka, seperti sudah kita sebutkan. Pendapat mereka inilah yang secara ilmiah samasekali tertolak!

Kalau yang dipakai pedoman penuduh yg demikian itu adalah tujuan yang murni; tentu dia tidak akan membawa-bawa ilmu yang bertentangan dengan itu. Ia melakukan itu mau mengelabui orang-orang yang belum menguasai pengetahuan tentang gejala-gejala ayan, dan mereka yang cara berpikirnya masih sederhana yang sudah merasa puas dengan apa yang telah dikatakan olehnya itu, tanpa mau bertanya-tanya kepada para ahli dari kalangan kedokteran atau mau membaca buku-buku tentang itu. Kalau saja mereka mau melakukan itu, sebenarnya tidak sulit buat mereka untuk menemukan kesalahan itu -disengaja atau tidak disengaja. Mereka akan melihat bahwa kegiatan rohani dan intelek manusia akan samasekali tertutup selama terjadi krisis ayan. Si penderita dibiarkan dalam keadaan mekanik semata, bergerak-gerak seperti sebelum mendapat serangan, atau meronta-ronta kalau serangannya itu sudah bertambah keras sehingga dapat mengganggu orang lain. Dalam pada itu, dia pun kehilangan kesadarannya. la tidak sadar apa yang diperbuatnya dan apa yang terjadi terhadap dirinya. la seperti orang yang sedang tidur, tidak merasakan gerak-geriknya sendiri. Bila itu sudah berlalu, ia pun tidak ingat apa-apa lagi.

Ini tentu berbeda dengan suatu kegiatan rohani yang begitu kuat membawa Nabi jauh ke alam ilahiah, dengan penuh kesadaran dan suasana intelek yang meyakinkan. Apa yang diwahyukan kepadanya itu, kemudian dapat diteruskan. Sebaliknya ayan, melumpuhkan seluruh kesadaran manusia. la membawa orang berada dalam tingkat mekanik, yang selama itu perasaan dan kesadarannya menjadi hilang. Tidak demikian halnya dengan wahyu, yang merupakan puncak ketinggian rohani, yang khusus diberikan Tuhan kepada para nabi. Kepada mereka kenyataan-kenyataan alam positif yang tertinggi itu diberikan, supaya kemudian disampaikan kepada umat manusia.

Seharusnya mereka bercermin sebelum mencela nabi Muhammad, berikut saya berikan bukti ternyata Paulus yang selama ini dianggap sebagai Rasul oleh umat kristen ternyata seorang PENGIDAP EPILEPSI, saya tidak bicara sembarangan tanpa bukti, silahkan cek sendiri di sini 

Selain itu kebenaran tentang penyaki epilepsi yang diderita oleh paulus juga dibenarkan oleh Bible dan itu diceritakan pada saat penyakit epilepsi paulus sedang KAMBUH

Act 22:6
Tetapi dalam perjalananku ke sana, ketika aku sudah dekat Damsyik, yaitu waktu tengah hari, tiba-tiba memancarlah cahaya yang menyilaukan dari langit mengelilingi aku.

Kesimpulannya menurut penilitian ilmiah maupun menurut bible ternyata paulus adalah PENDERITA EPILEPSI

Bercerminlah dahulu kalau anda mau menuduh Islam yang tidak-tidak, untuk ini saya sangat gemar mengutip ayat alkitab yang selalu diabaikan oleh umat Kristen :

MATIUS 7
[1] "Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.
[2] Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.
[3] Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?
[4] Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu.
[5] Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."

Wallahu’alam bisyawwab.