Kaum Kuffar seringkali melontarkan tuduhan bahwa umat Islam bershalawat untuk Nabi Muhammad SAW sebagai bukti bahwa beliau belum selamat. Artinya, tidak ada kepastian apakah Nabi Muhammad SAW akan masuk sorga atau tidak. Dengan kata lain, mereka mengolok-olok; jika nabinya saja belum tentu selamat, bagaimana pula nasib pengikutnya? 
Tentu saja ini hanya tuduhan "ngasal" berdasar ketidakmengertian mereka akan makna sebenarnya dari shalawat itu sendiri. Untuk itu, mari sama-sama kita jelaskan terlebih dahulu apa arti shalawat agar tidak ikut-ikutan mengalami sesat pikir seperti halnya kaum kuffar yang kerap mempersoalkan isu basi ini tanpa ilmu

Shalawat artinya adalah memuliakan atau memohon pelimpahan berkat dari Allah untuk orang yang dimuliakan. Nabi Muhammad SAW tidak pernah meminta, apalagi memaksa pengikutnya agar bershalawat untuknya, sebab sejatinya shalawat adalah perintah Allah kepada setiap Muslim sebagaimana dengan tegas disebutkan dalam firman-Nya:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
"Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya." (QS. Al-Ahzab':56)

Karena kata "shalawat" merupakan bentuk jamak dari kata "sholla" yang dalam bahasa Arab berarti "doa", maka bila dipahami secara sempit, shalawat seolah-olah memang sama seperti doa. Tetapi sesungguhnya shalawat tidak dimaknai seperti doa pada umumnya. 

Arti shalawat:
  • Dari sisi Allah, adalah curahan rahmat-Nya untuk kesejahteraan Nabi Muhammad SAW,
  • Dari sisi Malaikat, permohonan dan istighfar bagi kesejahteraan Nabi Muhammad SAW,
  • Dari sisi Muslim adalah salam dan penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW dan ungkapan rasa syukur kepada Allah atas rahmat dan kesejahteraan yang senantiasa dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Jadi, inti dari shalawat adalah salam dan penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW sebagaimana Allah dan para Malaikat-Nya melimpahkan salam dan penghormatan kepada beliau. Shalawat tidak pernah diartikan sebagai mendoakan agar Nabi Muhammad SAW selamat karena pemikiran bathil bahwa beliau belum selamat! 
NABI MUHAMMAD SAW DAN SELURUH NABI/RASUL ALLAH PASTI SELAMAT DAN DIJAMIN PASTI MASUK SORGA

Firman Allah,

إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُبِينًا لِيَغْفِرَ لَكَ اللَّهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ وَيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ وَيَهْدِيَكَ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا
"Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata, supaya Allah memberi ampunan kepadamu (Muhammad) terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus," (QS. Al-Fath':1-2)

Andaikata Nabi Muhammad pernah berbuat dosa sekalipun, maka segala dosa beliau - baik yang terdahulu mapun yang terkemudian - telah lebih dulu diampuni oleh Allah. Bukan hanya sebatas itu, Allah juga memastikan bahwa telah sempurna nikmat (dan rahmat) Allah atas diri beliau dan dengan itu dipastikan beliau akan tetap berada pada jalan yang lurus menuju sorga! 

Itulah salahsatu kelebihan para Nabi dan Rasul Allah yang semuanya sudah pasti memperoleh jaminan surga dari Allah. Seluruh Nabi dan Rasul pilihan Allah sudah pasti akan diselamatkan di akhirat kelak bersama orang-orang beriman pengikut mereka. 

Allah berfirman,
إِنَّا لَنَنْصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الأشْهَادُ
"Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat)," (QS. Al-Mu'min':51)

Dalam Islam, tidak ada keraguan sedikitpun bahwa para Nabi dan Rasul Allah pasti selamat dunia dan akhirat. Sekalipun mereka sendiri mengetahui hal itu, namun jaminan keselamatan dari Allah tidak lantas membuat mereka berpuas diri, tapi justru membuat mereka semakin tunduk, semakin patuh, dan semakin taat beribadah kepada Allah, bahkan semakin kuat berserah diri pada segala kehendak-Nya. Ini juga merupakan kelebihan para Nabi dan Rasul Allah dibandingkan dengan manusia biasa. Kepastian jaminan sorga tidak pernah menyurutkan pengabdian mereka kepada Allah

Nabi adalah Pemimpin, Pembawa berita baik (dari Allah), Guru, sekaligus Tauladan bagi seluruh pengikutnya. Oleh karena itu, di samping memang sudah menjadi kualitas pribadi para Nabi dan Rasul Allah yang dikenal dengan sebutan Siddiq, Amanah, Tablig, dan Fatanah, segala perilaku para Nabi dan Rasul Allah juga dimaksudkan untuk menjadi contoh agar diteladani oleh pengikutnya sebaik yang dilakukan oleh Nabi dan Rasul panutan mereka. Salahsatu tauladan yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW adalah tidak henti-hentinya bersyukur - walau kehidupan dunia dan akhiratnya sudah dijamin oleh Allah.

Diriwayatkan dari Aisyah ra. bahwa Rasulullah saw berdiri untuk beribadat dari sebagian waktu malam sehingga pecah-pecahlah kedua tapak kakinya. Aku (Aisyah) lalu berkata padanya: Mengapa Tuan berbuat demikian, Ya Rasulullah, sedangkan Allah telah mengampuni untuk Tuan dosa-dosa Tuan yang telah lalu dan yang kemudian? Rasulullah saw. bersabda: Apakah aku tidak boleh menjadi hamba yang banyak bersyukur?" [Muttafaq 'alaih] - Menurut lafadz Al Bukhari dan yang seperti itu terdapat pula dalam kedua kitab sahih Bukhari dan Muslim, dari riwayat Mughirah Ibn Syu'bah.

Tanpa perlu penjelasan pajang lebar lagi kita sudah mengetahui bahwa Nabi Muhammad SAW telah dijamin pasti masuk surga. Tinggal sekarang pertanyaannya; mengapa umat Islam masih harus bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW? Bukankah keselamatan akhirat beliau sudah dijamin oleh Allah? Lantas, apa perlunya shalawat?

FUNGSI SHALAWAT
Perintah Allah untuk bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW ialah agar seluruh umat manusia, khususnya umat Islam, menaruh rasa hormat yang sepantasnya kepada beliau. Sebab Nabi Muhammad SAW adalah manusia pilihan Allah untuk menjadi Nabi terakhir-Nya. Beliaulah yang membebaskan umat manusia dari kehidupan jahiliyah. Karena perjuangan beliaulah umat manusia dibawa keluar dari masa-masa kegelapan ke dunia yang terang benderang. Beliaulah yang merobah kehidupan manusia dari perilaku hewani menjadi perilaku manusiawi. Beliaulah yang mengajarkan kepada manusia tentang Allah, tentang kebenaran, dan tentang pengadilan Allah di akhirat kelak. Tanpa semua itu entah kebejatan moral seperti apa yang akan menjadi bagian dari budaya umat manusia hari ni. 

Oleh sebab itu, sudah sepantasnyalah umat manusia bersyukur dan berterima kasih atas jasa beliau. Untuk mengabadikan rasa syukur dan jasa beliau inilah maka 'shalawat serta salam' dijadikan sebagai salah satu rukun dzikri, yaitu suatu bacaan rukun bagi umatnya dalam setiap shalat.

Di tengah-tengah kehidupan masyarakat modern pun kita dapat melihat manusia mempunyai cara tersendiri untuk mengenang dan menghormati jasa orang-orang yang menurut mereka adalah pahlawan. Contohnya membuat patungnya, gambarnya, atau seperti para pahlawan Indonesia yang wajah-wahjahnya diabadikan dalam lembaran uang kertas. 

Sedangkan Allah memberi petunjuk kepada kita untuk mengenang jasa Nabi terakhir-Nya, pahlawan terbesar dan terpuji dalam sejarah peradaban umat manusia, cukup dengan mengucapkan shalawat saja. Seandainya Allah tidak memberikan contoh dan petunjuk tentang tata cara mensyukuri karunia-Nya yang telah diberikan melalui Rasulullah SAW, tentu akan muncul bermacam-macam cara untuk mensyukuri nikmat tersebut. Misalnya mempersembahkan sesajen untuknya, melakukan ritual penumbalan untuknya, melukis sosoknya,  membuat patung dirinya, atau manifestasi bentuk-bentuk  pemujaan lain sesuai selera dan keinginan masing-masing. Padahal praktek-praktek seperti ini cenderung berkembang menjadi pengkultusan yang di dalam Islam merupakan perilaku Syirik sekaligus Musyrik - seperti perilaku mayoritas umat Kristen yang memuja patung Yesus terpaku di tiang salib! 

Oleh karena Allah memberikan petunjuk tentang tata-cara atau etika menghormati manusia pilihan-Nya itu, maka umat Islam melaksanakan perintah bershalawat seperti yang disayari'atkan agar tidak terjadi kekacauan dalam beribadah kepada-Nya.

Fungsi lain shalawat juga dijelaskan dalam salahsatu hadits:
"Dari Anas bin Malik ra, ia berkata: telah bersabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam.: "Barangsiapa yang bershalawat kepadaku satu kali saja, niscaya Allah akan memberikan sepuluh kesejahteraan kepadanya dan dihapuskan darinya sepuluh kesalahan dan diangkat baginya sepuluh derajat." [HR. Bukhari, Nasa'i, Ibnu Hibban dan Hakim].

Berdasarkan hadits di atas, maka umat Islam di manapun berada selalu membacakan shalawat kepada Rasulullah setiap waktu shalat maupun setiap kali mendengar namanya disebut. Sebab dengan membacakan satu kali shalawat kepada Rasulullah, maka balasannya adalah mendapat sepuluh kebaikan dan dihapuskan sepuluh keburukan. Nah, siapa yang tidak mau mendapat pahala sebanyak itu?

Dengan demikian, keberadaan Nabi Muhammad sebagai utusan Allah sungguh membawa berkah dan rahmat bagi umatnya. Sebab dengan bershalawat kepadanya satu kali saja, akan memperoleh pahala sepuluh kebaikan dan menghilangkan sepuluh keburukan. Subhanallah, sungguh beruntung menjadi pengikut beliau!

Jadi, "kebaikan shalawat kepada Nabi" bukan hanya untuk menghormati beliau saja, tapi justru kembali sepuluh kali lebih baik kepada siapa pun yang bershalawat. Lalu, apakah shalawat hanya untuk Nabi Muhammad SAW saja? Al-Qur'an menyiratkan bahwa para Nabi juga dishalawati

SHALAWAT UNTUK PARA RASUL ALLAH
"Maha Suci Tuhanmu Yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka katakan. Dan kesejahteraan dilimpahkan atas para rasul. Dan segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam." (QS. Ash-Shaaffaat:180-183)
Shalawat untuk Nabi Ibrahim Alaihissalam
"Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu)"Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim." (QS. Ash-Shaaffaat:108-109)

Shalawat untuk Nabi Musa Alaihissalam dan Nabi Harun Alaihissalam
"Dan Kami abadikan untuk keduanya (pujian yang baik) dikalangan orang-orang yang datang kemudian; (yaitu): "Kesejahteraan dilimpahkan atas Musa dan Harun." (QS. Ash-Shaaffaat:119-120)

Shalawat untuk Nabi Nuh Alaihissalam
"Dan Kami abadikan untuk Nuh itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian; "Kesejahteraan dilimpahkan atas Nuh di seluruh alam." (QS. Ash-Shaaffaat:78-79)

Shalawat untuk Nabi Ilyas Alaihissalam
"Dan Kami abadikan untuk Ilyas (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian. (yaitu): "Kesejahteraan dilimpahkan atas Ilyas?" (QS. Ash-Shaffaat:129-130)

Shalawat untuk Nabi Isa Alaihissalam
"Berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali." (QS. Maryam:30-33)

Shalawat untuk Nabi Yahya Alaihissalam
"Hai Yahya, ambillah Al Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. Dan kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih kanak-kanak, dan rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi Kami dan kesucian (dan dosa). Dan ia adalah seorang yang bertakwa, dan seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka. Kesejahteraan atas dirinya pada hari ia dilahirkan dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali." (QS. Maryam:12-15)

Itulah bentuk-bentuk shalawat untuk para Nabi yang diisyaratkan di dalam Al-Qur'an. Gelar "Alaihissalam" yang wajib untuk selalu disematkan di belakanag nama para Nabi pun sesungguhnya merupakan shalawat yang mengandung arti "keselamatan dilimpahkan kepadanya". Demikian pula dengan gelar Nabi Muhammad yaitu "Shallallahu 'Alaihi Wasallam" yang berarti "semoga keselamatan dilimpahkan kepadanya." 

Pada hakekatnya shalawat tidak pernah menjadi inisiatif para Nabi, bukan pula keinginan Nabi Muhammad SAW, tapi perintah Allah kepada setiap manusia beriman sebagai wujud pernghormatan kepada para Nabi dan Rasul-Nya. Bershalawat atau tidaknya kita kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam tidak akan mengurangi derajat beliau di sisi Allah sebagai manusia yang dimuliakan-Nya. Andaikata tidak ada satu manusia pun yang bershalawat kepada beliau, tetap tidak menggeser kedudukan beliau sebagai manusia pertama yang akan mengetuk dan membuka pintu surga setelah berakhirnya Pengadilan Allah pada hari pembalasan!

Bible juga mengisyaratkan Yesus dishalawati
Umat Kristen begitu bersemangat mempersoalkan masalah shalawat Nabi ini karena mereka percaya (dengan begitu saja) bahwa Bible tidak pernah mengajarkan shalawat kepada Nabi, apalagi kepada Yesus. Tapi benarkah demikian? Ternyata mereka salah, sebab menurut Bible sendiri, Nabi dari Nazaret itu pun senantiasa dishalawati oleh pengikut beliau pada masanya dulu.

Yesus bersabda. 
|Dan Aku berkata kepadamu: Mulai sekarang kamu tidak akan melihat aku lagi, hingga kamu berkata: 'diberkatilah Dia' yang datang dalam nama Tuhan!” (Matius 23: 39)

"Sesungguhnya rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi. Tetapi aku berkata kepadamu: Kamu tidak akan melihat aku lagi hingga pada saat kamu berkata: 'diberkatilah Dia' yang datang dalam nama Tuhan!” (Lukas 13: 35)

Kata mereka: 
Diberkatilah Dia yang datang sebagai raja dalam nama Tuhan, damai sejahtera di sorga dan kemuliaan di tempat yang mahatinggi!” (Lukas 19: 38)

Mereka mengambil daun-daun palem, dan pergi menyongsong Isa Al Masih sambil berseru-seru: “Hosana! 'Diberkatilah Dia' yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel!” (Yohanes 12:13)

Dan orang banyak yang berjalan di depan Yesus dan yang mengikuti-Nya dari belakang berseru, katanya: "Hosana bagi Anak Daud, 'diberkatilah Dia' yang datang dalam nama Tuhan, Hosana di tempat yang mahatinggi!" (Matius 21: 9)

Doa 'Hosana' atau permohonan pelimpahan berkat di atas jelas diperuntukkan bagi Yesus. 
Lalu, apa sebenarnya arti Hosana? Doa, atau pujian? 
Lihat penjelasannya di sini.

Kembali ke pokok masalah dalam pembahasan ini - hanya sebagai penyeimbang; 
Jika Yesus Kristus yang dalam teologi Kristen diyakini sebagai Tuhan, tapi masih perlu didoakan dan dimohonkan untuk diberkati (diselamatkan), bagaimana dengan nasib seluruh umat Kristen di muka bumi ini yang menggantungkan keselamatan akhirat pada dirinya?
Di banyak "forum dialog dan debat lintas iman", khususnya antara umat Kristen dan umat Islam, netter Muslim sering menanggapi peristiwa yang diduga sebagai penyaliban Yesus dengan komentar sangat logis; "menyelamatkan dirinya sendiri saja tidak mampu, apalagi menyelamatkan seluruh umat manusia?" 

Coba pikirkan itu barang sejenak!
Semoga penjelasan singkat ini bermanfaat!

Wallahu 'alam bisyawwab.