Misionaris Kristen yang sekaligus juga adalah Penghujat Islam, selain menghujat dan menggugat pembuktian eksistensi Allah SWT, mereka juga meminta bukti apakah Allah SWT memberikan pertolongan kepada umat Islam sebagaimana Tuhan - menurut kitab mereka - yang menunjukan ekstensi-Nya dengan memberikan pertolongan kepada bani Israil?
Sebagai contoh dan bukti, mereka menunjukkan ayat berikut:Tetapi berkatalah Musa kepada bangsa itu: "Janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari TUHAN, yang akan diberikan-Nya hari ini kepadamu; sebab orang Mesir yang kamu lihat hari ini, tidak akan kamu lihat lagi untuk selamalamanya. TUHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja.” (Keluaran 14: 13-14)
JAWAB
Kita akan perlihatkan bukti bahwa Allah SWT memberikan pertolongan kepada orang-orang Mukmin sebagaimana diabadikan dalam Al-Qur’an. Tetapi sebelumnya, menarik untuk ditanggapi lebih dulu adalah bukti, atau contoh ayat yang ditunjukkannya. Sebab jika kita bandingkan dengan ayat-ayat lain dari kitab yang sama, untuk peristiwa serupa, yang melibatkan tokoh yang sama pula, maka akan timbul pertanyaan sangat serius:
Siapa sebenarnya yang sedang berperang, Tuhan Musa atau pengikut Musa?
Bukalah Alkitab, lalu baca perlahan-lahan satu perikop lengkap yang saya kutip seperti berikut;
BILANGAN 31:
[1] TUHAN berfirman kepada Musa:
[2] “Lakukanlah pembalasan orang Israel kepada orang Midian; kemudian engkau akan dikumpulkan kepada kaum leluhurmu.”
[3] Lalu berkatalah Musa kepada bangsa itu: “Baiklah sejumlah orang dari antaramu mempersenjatai diri untuk berperang, supaya mereka melawan Midian untuk menjalankan pembalasan TUHAN terhadap Midian.
[4] Dari setiap suku di antara segala suku Israel haruslah kamu menyuruh seribu orang untuk berperang.”
[5] Demikianlah diserahkan dari kaum-kaum Israel seribu orang dari tiap-tiap suku, jadi dua belas ribu orang bersenjata untuk berperang.
[6] Lalu Musa menyuruh mereka untuk berperang, seribu orang dari tiap-tiap suku, bersama-sama dengan Pinehas, anak imam Eleazar, untuk berperang, dengan membawa perkakas tempat kudus dan nafiri-nafiri pemberi tanda semboyan.
[7] Kemudian berperanglah mereka melawan Midian, seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa, lalu membunuh semua laki-laki mereka.
[8] Selain dari orang-orang yang mati terbunuh itu, merekapun membunuh juga raja-raja Midian, yakni Ewi, Rekem, Zur, Hur dan Reba, kelima raja Midian, juga Bileam bin Beor dibunuh mereka dengan pedang.
[9] Kemudian Israel menawan perempuan-perempuan Midian dan anak-anak mereka; juga segala hewan, segala ternak dan segenap kekayaan mereka dijarah,
[10] dan segala kota kediaman serta segala tempat perkemahan mereka dibakar.
[11] Kemudian diambillah seluruh jarahan dan seluruh rampasan berupa manusia dan hewan itu,
[12] dan dibawalah orang-orang tawanan, rampasan dan jarahan itu kepada Musa dan imam Eleazar dan kepada umat Israel, ke tempat perkemahan di dataran Moab yang di tepi sungai Yordan dekat Yerikho.
[13] Lalu pergilah Musa dan imam Eleazar dan semua pemimpin umat itu sampai ke luar tempat perkemahan untuk menyongsong mereka.
[14] Maka gusarlah Musa kepada para pemimpin tentara itu, kepada para kepala pasukan seribu dan para kepala pasukan seratus, yang pulang dari peperangan,
[15] dan Musa berkata kepada mereka: “Kamu biarkankah semua perempuan hidup?
[16 ]Bukankah perempuan-perempuan ini, atas nasihat Bileam, menjadi sebabnya orang Israel berubah setia terhadap TUHAN dalam hal Peor, sehingga tulah turun ke antara umat TUHAN.
[17] Maka sekarang bunuhlah semua laki-laki di antara anak-anak mereka, dan juga semua perempuan yang pernah bersetubuh dengan laki-laki haruslah kamu bunuh.
[18] Tetapi semua orang muda di antara perempuan yang belum pernah bersetubuh dengan laki-laki haruslah kamu biarkan hidup bagimu.
[19] Tetapi kamu ini, berkemahlah tujuh hari lamanya di luar tempat perkemahan; setiap orang yang telah membunuh orang dan setiap orang yang kena kepada orang yang mati terbunuh haruslah menghapus dosa dari dirinya pada hari yang ketiga dan pada hari yang ketujuh, kamu sendiri dan orang-orang tawananmu;
[20] juga setiap pakaian dan setiap barang kulit dan setiap barang yang dibuat dari bulu kambing dan setiap barang kayu haruslah disucikan.”
[21] Lalu berkatalah imam Eleazar kepada para prajurit, yang telah pergi bertempur itu: “Inilah ketetapan hukum yang diperintahkan TUHAN kepada Musa.
[22] Hanya emas dan perak, tembaga, besi, timah putih dan timah hitam,
[23] segala yang tahan api, haruslah kamu lakukan dari api, supaya menjadi tahir; tetapi semuanya itu haruslah juga disucikan dengan air penyuci; dan segala yang tidak tahan api haruslah kamu lalukan dari air.
[24] Lagipula kamu harus mencuci pakaianmu pada hari yang ketujuh, supaya kamu tahir, dan kemudian bolehlah kamu masuk ke tempat perkemahan.”
[25] TUHAN berfirman kepada Musa:
[26] “Hitunglah jumlah rampasan yang telah diangkut, yang berupa manusia dan hewan–engkau ini dan imam Eleazar serta kepala-kepala puak umat itu.
[27] Lalu bagi dualah rampasan itu, kepada pasukan bersenjata yang telah keluar berperang, dan kepada segenap umat yang lain.
[28] Dan engkau harus mengkhususkan upeti bagi TUHAN dari para prajurit yang keluar bertempur itu, yakni satu dari setiap lima ratus, baik dari manusia, baik dari lembu, dari keledai dan dari kambing domba;
[29] dari yang setengah yang telah didapat mereka haruslah engkau mengambilnya, lalu menyerahkannya kepada imam Eleazar, sebagai persembahan khusus bagi TUHAN.
[30] Tetapi dari yang setengah lagi yang untuk orang Israel lain haruslah engkau mengambil satu ambilan dari setiap lima puluh, baik dari manusia, baik dari lembu, dari keledai dan dari kambing domba, jadi dari segala hewan, lalu menyerahkan semuanya kepada orang Lewi yang memelihara Kemah Suci TUHAN.”
[31] Kemudian Musa dan imam Eleazar melakukan seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa.
[32] Adapun rampasan, yakni yang masih tinggal dari apa yang telah dijarah laskar itu berjumlah: enam ratus tujuh puluh lima ribu ekor kambing domba
[33] dan tujuh puluh dua ribu ekor lembu,
[34] dan enam puluh satu ribu ekor keledai,
[35] selanjutnya orang-orang, yaitu perempuan-perempuan yang belum pernah bersetubuh dengan laki-laki, seluruhnya tiga puluh dua ribu orang.
[36] Yang setengah yang menjadi bagian orang-orang yang telah keluar berperang itu jumlahnya tiga ratus tiga puluh tujuh ribu lima ratus ekor kambing domba,
[37] jadi upeti bagi TUHAN dari kambing domba itu ada enam ratus tujuh puluh lima ekor;
[38] lembu-lembu tiga puluh enam ribu ekor, jadi upetinya bagi TUHAN ada tujuh puluh dua ekor;
[39] keledai-keledai tiga puluh ribu lima ratus ekor, jadi upetinya bagi TUHAN ada enam puluh satu ekor;
[40] dan orang-orang enam belas ribu orang, jadi upetinya bagi TUHAN tiga puluh dua orang.
[41] Lalu Musa menyerahkan upeti yang dikhususkan bagi TUHAN itu kepada imam Eleazar, seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa.
[42] Yang setengah lagi yang menjadi bagian orang Israel lain, yang dipisahkan Musa dari bagian orang-orang yang telah berperang itu,
[43] yaitu yang setengah yang menjadi bagian umat yang lain itu: domba-domba tiga ratus tiga puluh tujuh ribu lima ratus ekor,
[44] lembu-lembu tiga puluh enam ribu ekor,
[45] keledai-keledai tiga puluh ribu lima ratus ekor,
[46] dan orang-orang enam belas ribu orang.
[47] Lalu Musa mengambil dari yang setengah yang menjadi bagian orang Israel lain itu satu ambilan dari setiap lima puluh, baik dari manusia baik dari hewan, kemudian menyerahkan semuanya kepada orang Lewi yang memelihara Kemah Suci, seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa.
[48] Lalu mendekatlah para pemimpin tentara, yakni kepala-kepala pasukan seribu dan kepala-kepala pasukan seratus, kepada Musa
[49] serta berkata kepadanya: “Hamba-hambamu ini telah menghitung jumlah prajurit yang ada di bawah kuasa kami dan dari mereka tidak ada seorangpun yang hilang.
[50] Sebab itu kami mempersembahkan sebagai persembahan kepada TUHAN apa yang didapat masing-masing, yakni barang-barang emas, gelang kaki, gelang tangan, cincin meterai, anting-anting dan kerongsang untuk mengadakan pendamaian bagi nyawa kami di hadapan TUHAN.”
[51] Maka Musa dan imam Eleazar menerima dari mereka emas itu, semuanya barang-barang tempaan.
[52] Dan segala emas persembahan khusus yang dipersembahkan mereka kepada TUHAN, yakni yang dari pihak kepala-kepala pasukan seribu dan kepala-kepala pasukan seratus, ada enam belas ribu tujuh ratus lima puluh syikal beratnya.
[53] Tetapi prajurit-prajurit itu masing-masing telah mengambil jarahan bagi dirinya sendiri.
[54] Setelah Musa dan imam Eleazar menerima emas itu dari pihak kepala-kepala pasukan seribu dan kepala-kepala pasukan seratus, maka mereka membawanya ke dalam Kemah Pertemuan sebagai peringatan di hadapan TUHAN untuk mengingat orang Israel.
Jika benar-benar dicermati satu-demi-satu dari 54 ayat dalam kitab Bilangan 31 di atas, maka jawaban untuk pertanyaan: "Siapa sebenarnya yang sedang berperang, Tuhan Musa atau pengikut Musa?" di atas, adalah:
- Pengikut Musa! Sebab Tuhan hanya memberi perintah kepada Musa untuk berperang dengan petunjuk harus begini dan begitu. Kemudian Tuhan pun sibuk sendiri menghitung hasil jarahan perang! Sama sekali tidak membantu, apalagi maju berperang untuk membiarkan Musa dan pengikutnya duduk manis ongkang-ongkang kaki sambil menonton Tuhan yang sedang berperang untuk mereka. Ajaibnya, sebagai ganti maju berperang, Tuhan malah minta jatah dari hasil jarahan perang!
Bukankah kebanggaan, atau lebih tepat kesombongan Misionaris Kristen yang sekaligus juga adalah Penghujat Islam tentang "kehebatan" salahsatu dari tiga Tuhan mereka di atas ini terbukti hanya omong kosong karena nyatanya dibantah oleh kitabnya sendiri?
Kembali ke pokok persoalan, berikut adalah bukti-bukti bahwa Allah SWT menunjukkan eksistensinya dengan memberikan pertolongan kepada orang-orang mukmin sebagaimana diriwayatkan dalam hadits dan Al-Quran.
BUKTI PERTAMA
Allah SWT memberikan pertolongan kepada Nabi Muhammad SAW dan sahabat terdekatnya Abu Bakar ketika dalam pengejaran orang Musyrikin Mekkah.
Imam Bukhari meriwayatkan dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha; Menjelang larut malam waktu itu, dengan tidak setahu mereka Muhammad sudah keluar menuju ke rumah Abu Bakr. Kedua orang itu kemudian keluar dari jendela pintu belakang, dan terus bertolak ke arah selatan menuju gua Thaur (Gua Tsur, Jabbal Tsur). Bahwa tujuan kedua orang itu melalui jalan sebelah kanan adalah di luar dugaan.
Tiada seorang yang mengetahui tempat persembunyian mereka dalam gua itu selain Abdullah b. Abu Bakr, dan kedua orang puterinya Aisyah dan Asma, serta pembantu mereka ‘Amir b. Fuhaira. Tugas Abdullah hari-hari berada di tengah-tengah Quraisy sambil mendengar-dengarkan permufakatan mereka terhadap Muhammad, yang pada malam harinya kemudian disampaikannya kepada Nabi dan kepada ayahnya. Sedang ‘Amir tugasnya menggembalakan kambing Abu Bakr’ sorenya diistirahatkan, kemudian mereka memerah susu dan menyiapkan daging. Apabila Abdullah b. Abi Bakr keluar kembali dari tempat mereka, datang ‘Amir mengikutinya dengan kambingnya guna menghapus jejaknya.
Kedua orang itu tinggal dalam gua selama tiga hari. Sementara itu pihak Quraisy berusaha sungguh-sungguh mencari mereka tanpa mengenal lelah. Betapa tidak. Mereka melihat bahaya sangat mengancam mereka kalau mereka tidak berhasil menyusul Muhammad dan mencegahnya berhubungan dengan pihak Yathrib. Selama kedua orang itu berada dalam gua, tiada hentinya Muhammad menyebut nama Allah. KepadaNya ia menyerahkan nasibnya itu dan memang kepadaNya pula segala persoalan akan kembali. Dalam pada itu Abu Bakr memasang telinga. Ia ingin mengetahui adakah orang-orang yang sedang mengikuti jejak mereka itu sudah berhasil juga.
Kemudian pemuda-pemuda Quraisy – yang dari setiap kelompok di ambil seorang itu – datang. Mereka membawa pedang dan tongkat sambil mundar-mandir mencari ke segenap penjuru. Tidak jauh dari gua Thaur itu mereka bertemu dengan seorang gembala, yang lalu ditanya.
“Mungkin saja mereka dalam gua itu, tapi saya tidak melihat ada orang yang menuju ke sana.”
Ketika mendengar jawaban gembala itu Abu Bakr keringatan. Kuatir ia, mereka akan menyerbu ke dalam gua. Dia menahan napas tidak bergerak, dan hanya menyerahkan nasibnya kepada Tuhan. Lalu orang-orang Quraisy datang menaiki gua itu, tapi kemudian ada yang turun lagi.
“Kenapa kau tidak menjenguk ke dalam gua?” tanya kawan-kawannya.
“Ada sarang laba-laba di tempat itu, yang memang sudah ada sejak sebelum Muhammad lahir,” jawabnya. “Saya melihat ada dua ekor burung dara hutan di lubang gua itu. Jadi saya mengetahui tak ada orang di sana.”
Muhammad makin sungguh-sungguh berdoa dan Abu Bakr juga makin ketakutan. Ia merapatkan diri kepada kawannya itu dan Muhammad berbisik di telinganya: “Jangan bersedih hati. Tuhan bersama kita.”
Peristiwa pengejaran orang-orang Quraisy untuk membunuh Nabi Muhammad SAW ini kemudian dikisahkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya,
“Ingatlah tatkala orang-orang kafir (Quraisy) itu berkomplot membuat rencana terhadap kau, hendak menangkap kau, atau membunuh kau, atau mengusir kau. Mereka membuat rencana dan Allah membuat rencana pula. Allah adalah Perencana terbaik.” (QS. Al-Anfal: 30)
“Kalau kamu tak dapat menolongnya, maka Allah juga Yang telah menolongnya tatkala dia diusir oleh orang-orang kafir (Quraisy). Dia salah seorang dari dua orang itu, ketika keduanya berada dalam gua. Waktu itu ia berkata kepada temannya itu: ‘Jangan bersedih hati, Tuhan bersama kita!’ Maka Tuhan lalu memberikan ketenangan kepadanya dan dikuatkanNya dengan pasukan yang tidak kamu lihat. Dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itu juga yang rendah dan kalam Allah itulah yang tinggi. Dan Allah Maha Kuasa dan Bijaksana.” (QS. At-Taubah: 40)
BUKTI KEDUA
Allah SWT memberikan pertolongan kepada orang-orang Mukmin pada peristiwa perang Islam pertama, yaitu Perang Badar yang sangat menentukan posisi umat Islam pada masa itu.
Ketika tentara musyrik Quraisy dengan angkuhnya maju menuju lembah Badar, Rasulullah SAW segera mengangkat tangannya ke langit, seperti yang biasa dilakukan oleh Nabi-nabi Bani Israil, dan berdoa;
”Ya Robbi! Jika pasukan kecil ini sampai binasa, tidaklah akan ada lagi yang menyembah-Mu dengan hati yang ikhlas!”
Rasul SAW terus memanjatkan doa kepada Allah SWT dengan khusyuk seraya menengadahkan kedua telapak tangan ke langit.
Abu Bakar Ash Shidiq Ra, yang melihat kesedihan di wajah Rasulullah SAW, berusaha menenangkan hati junjungannya itu seraya berkata, ”Ya Rasulullah, demi diriku yang berada di tangan-Nya, bergembiralah! Sesungguhnya Allah pasti akan memenuhi janji yang telah diberikan kepadamu!”
Lalu, tiga orang Quraisy maju ke lapangan terbuka yang memisahkan kaum Muslim dan kaum Quraisy. Inilah kebiasaan orang Arab saat pertempuran akan dimulai: duel satu lawan satu. Tiga sahabat Rasul SAW, Hamzah, Ali bin Abu Thalib –dengan pedang bercabang dua yang diberi nama Zulfikar– dan Abu Ubaidah, menerima tantangan itu.
Pertarungan berlangsung seru. Akhirnya, Hamzah, Ali, dan Abu Ubaidah, memenangkan pertarungan. Dengan kemenangan ini semangat kaum Muslim semakin membara. Sebaliknya, nyali pasukan Quraisy mulai menciut.
Pertarungan pun kemudian berubah menjadi pertempuran besar. Dan, benarlah ucapan Abu Bakar Ash Shidiq Ra bahwa Allah SWT tak pernah mengingkari janji-Nya.
وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ بِبَدْرٍ وَأَنتُمْ أَذِلَّةٌ ۖ فَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
"Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya." (QS. Ali-Imran: 123)
إِذْ تَقُولُ لِلْمُؤْمِنِينَ أَلَن يَكْفِيَكُمْ أَن يُمِدَّكُمْ رَبُّكُم بِثَلَاثَةِ آلَافٍ مِّنَ الْمَلَائِكَةِ مُنزَلِينَ
"(Ingatlah), ketika kamu mengatakan kepada orang mukmin: “Apakah tidak cukup bagi kamu Allah membantu kamu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)?” (QS. Ali-Imran: 124)
بَلَىٰ ۚ إِن تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا وَيَأْتُوكُم مِّن فَوْرِهِمْ هَٰذَا يُمْدِدْكُمْ رَبُّكُم بِخَمْسَةِ آلَافٍ مِّنَ الْمَلَائِكَةِ مُسَوِّمِينَ
"Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bersiap-siaga, dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda." (QS. Ali-Imran: 125)
وَمَا جَعَلَهُ اللَّهُ إِلَّا بُشْرَىٰ لَكُمْ وَلِتَطْمَئِنَّ قُلُوبُكُم بِهِ ۗ وَمَا النَّصْرُ إِلَّا مِنْ عِندِ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ
"Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai khabar gembira bagi (kemenangan)mu, dan agar tenteram hatimu karenanya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. Ali-Imran: 125)
لِيَقْطَعَ طَرَفًا مِّنَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَوْ يَكْبِتَهُمْ فَيَنقَلِبُوا خَائِبِينَ
"(Allah menolong kamu dalam perang Badar dan memberi bala bantuan itu) untuk membinasakan segolongan orang-orang yang kafir, atau untuk menjadikan mereka hina, lalu mereka kembali dengan tiada memperoleh apa-apa." (QS. Ali-Imran: 127)
Pasukan Musyrik Mekah berhasil dipukul mundur. Mereka menderita kekalahan besar (lihat Ringkasan Sejarah Perang Badar dan Review Perang Bardar).
Dari jawaban ini (dikuatkan pula oleh dua tautan artikel tentang Perang Badar di atas), maka kita dapat sama-sama melihat sendiri bahwa bentuk pertolongan Tuhan kepada Musa (As) versi Alkitab sangat berbeda dengan bentuk pertolongan Tuhan kepada Muhammad SAW versi Al-Quran.
Jika ayat-ayat dalam Keluaran 14: 13-14 dikontraskan dengan ayat-ayat Bilangan 31: 1-54, maka terlihat jelas Tuhan tidak memenuhi harapan Musa (As) untuk berperang melawan musuh menggantikan pasukan Musa (As), tapi justru sibuk mengurusi hasil jarahan perang, bahkan sungguh mencengangkan; ternyata menuntut bagian pula darinya!
Sementara di sisi lain, hadits-hadits shahih dan ayat-ayat Al-Quran secara eksplisit menjelaskan bahwa Tuhan mengirim bala tentara Malaikat untuk menolong pasukan Muhammad SAW memenangkan perang melawan musuh yang jumlahnya tiga kali lebih besar dibandingkan dengan jumlah pasukan Muhammad SAW sendiri!
Wallahu 'alam bisyawwab.
0 Komentar